Satu demi satu langkah kaki terayun
menelusuri sudut kota, telinga ini tak henti-hentinya terngiang dengan suara
bising kendaraan yang melintasi tiada hentinya di jalur menuju pusat kota,
indah memang kota itu jika kita melihatnya dengan hati. Mata hati saja tanpa
mengikutkan mata secara lahiriah, karena bila mata yang melihat maka di depan
ada mereka yang sedang berjuang melawan kerasnya dunia untuk memenuhi hidup
mereka. Pejalan kaki yang menapaki trotoar jalanan di kota itu, tukang becak
yang mengayuh pedal becaknya demi mencari lembaran uang, tukang ojek mengantri
menahan teriknya sang surya demi hidupnya, pedagang asongan yang menjajakan
dagangannya demi memenuhi membiayai sekolah anaknya bahkan mata juga akan
disuguhi dengan begitu banyak insan paruh bayah dan juga anak-anak kecil yang duduk bersila atau
berjalan tanpa tujuan sambil mengangkat tangannya yang terbuka mengharapkan pemberiaan
orang. Ya, mereka adalah pengemis jalanan.Hobby yang rajin kujalani untuk
mengusir kegalauan hati membuatku hapal jalanan kota ini. Banyak kisah terukir disana. Aku hanyalah sebagian
kecil dari rangkaian kisah panjang sejarah kota ini. Asyik melintas di sebuah
gang dekat persimpangan jalan kota itu, tiba tiba aku mendengar suara tangis
penuh haru dari satu sudut ruko, karena penasaran aku mencoba mendekati suara
itu, semakin dekat dan dekat lagi, tiba-tiba aku melihat sosok mungil yang
sedang duduk bersila sambil memegang perutnya dengan erat. Pertanyaan demi
pertanyaan terus terlontas dari benakku. Siapakah dia? Kenapa dia disini?
Kemana orang tuanya? Sedih rasanya hati ini melihat wajah ayu yang begitu polos
itu begitu. Dia kelaparan dan tanpa perlindungan.
Negeri ini begitu kaya. Begitu banyak kekayaan yang
melimpah ruah di tanah leluhur kami ini. Tetapi pemandangan miris seperti di
atas itu masih saja terjadi sampai saat ini. Masih banyak saudara-saudara kita
yang kelaparan. Di kota ini, di belahan bumi Indonesia ini. Masih banyak rakyat
Indonesia yang bertatih-tatih menelusuri hidup mereka dengan berbagai fenomena
yang terselimuti oleh kemiskinan, begitu banyak rakyat yang tak mampu
berkata-kata karena tak berdaya menahan prahara politik dan kepentingan para
elit-elit bangsa yang hidup penuh kemewahan, penuh kesenangan, berlimpangan
harta dan kekayaan. Mereka memperkaya diri mereka dengan mengatas namakan
rakyat, menggunakan kepercayaan rakyat untuk memuaskan hidup mereka, berbicara
atas nama rakyat, namun mereka tidak pernah sadar bahwa apa yang mereka
lakukan, bicarakan, lihat dan saksikan itu sangat dan amat menyiksa rakyat.
Yang turut menderita dari ini semua tidak terkecuali adalah
anak-anak. Anak-anak yang sebenarnya tidak tahu apa-apa dan hanya mengharapkan
hidup yang menyenangkan menurut mereka. Itu tidak salah. Itu hak mereka sebagai
anak-anak yang menikmati masa kecilnya. Hak anak diatur dalam peraturan negara
kita dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Salah
satunya yang harus kita penuhi adalah hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan
berkembangan yang semuanya dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak.
Namun yang terjadi pada anak-anak jaman adalah anak-anak
yang harus menghadapi kekejaman jamannya. Anak-anak yang tidak bisa merasakan
hak nya sebagai anak pada umumnya. Bahkan hal yang sudah diatur dalam peraturan
saja tidak dapat tidak dia rasakan. Negara seolah menutup mata akan hal ini.
Seakan ada pembiaran begitu saja oleh negara terhadap permasalahan yang
dihadapi oleh anak-anak jaman ini. Mereka ada yang dijadikan pekerja, ada yang
terlantar dan tidak memiliki akses terhadap pendidikan dan kehidupan yang
layak.
Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya
hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara
optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang
berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.
No comments:
Post a Comment