Friday, May 29, 2015

Anak-anak Jaman


          Satu demi satu langkah kaki terayun menelusuri sudut kota, telinga ini tak henti-hentinya terngiang dengan suara bising kendaraan yang melintasi tiada hentinya di jalur menuju pusat kota, indah memang kota itu jika kita melihatnya dengan hati. Mata hati saja tanpa mengikutkan mata secara lahiriah, karena bila mata yang melihat maka di depan ada mereka yang sedang berjuang melawan kerasnya dunia untuk memenuhi hidup mereka. Pejalan kaki yang menapaki trotoar jalanan di kota itu, tukang becak yang mengayuh pedal becaknya demi mencari lembaran uang, tukang ojek mengantri menahan teriknya sang surya demi hidupnya, pedagang asongan yang menjajakan dagangannya demi memenuhi membiayai sekolah anaknya bahkan mata juga akan disuguhi dengan begitu banyak insan paruh bayah dan  juga anak-anak kecil yang duduk bersila atau berjalan tanpa tujuan sambil mengangkat tangannya yang terbuka mengharapkan pemberiaan orang. Ya, mereka adalah pengemis jalanan.Hobby yang rajin kujalani untuk mengusir kegalauan hati membuatku hapal jalanan kota ini. Banyak  kisah terukir disana. Aku hanyalah sebagian kecil dari rangkaian kisah panjang sejarah kota ini. Asyik melintas di sebuah gang dekat persimpangan jalan kota itu, tiba tiba aku mendengar suara tangis penuh haru dari satu sudut ruko, karena penasaran aku mencoba mendekati suara itu, semakin dekat dan dekat lagi, tiba-tiba aku melihat sosok mungil yang sedang duduk bersila sambil memegang perutnya dengan erat. Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontas dari benakku. Siapakah dia? Kenapa dia disini? Kemana orang tuanya? Sedih rasanya hati ini melihat wajah ayu yang begitu polos itu begitu. Dia kelaparan dan tanpa perlindungan.

          Negeri ini begitu kaya. Begitu banyak kekayaan yang melimpah ruah di tanah leluhur kami ini. Tetapi pemandangan miris seperti di atas itu masih saja terjadi sampai saat ini. Masih banyak saudara-saudara kita yang kelaparan. Di kota ini, di belahan bumi Indonesia ini. Masih banyak rakyat Indonesia yang bertatih-tatih menelusuri hidup mereka dengan berbagai fenomena yang terselimuti oleh kemiskinan, begitu banyak rakyat yang tak mampu berkata-kata karena tak berdaya menahan prahara politik dan kepentingan para elit-elit bangsa yang hidup penuh kemewahan, penuh kesenangan, berlimpangan harta dan kekayaan. Mereka memperkaya diri mereka dengan mengatas namakan rakyat, menggunakan kepercayaan rakyat untuk memuaskan hidup mereka, berbicara atas nama rakyat, namun mereka tidak pernah sadar bahwa apa yang mereka lakukan, bicarakan, lihat dan saksikan itu sangat dan amat menyiksa rakyat.
          Yang turut menderita dari ini semua tidak terkecuali adalah anak-anak. Anak-anak yang sebenarnya tidak tahu apa-apa dan hanya mengharapkan hidup yang menyenangkan menurut mereka. Itu tidak salah. Itu hak mereka sebagai anak-anak yang menikmati masa kecilnya. Hak anak diatur dalam peraturan negara kita dalam Undang-undang Nomor 23 tahun 2003 tentang Perlindungan Anak. Salah satunya yang harus kita penuhi adalah hak untuk hidup, kelangsungan hidup dan berkembangan yang semuanya dilakukan demi kepentingan terbaik bagi anak.
          Namun yang terjadi pada anak-anak jaman adalah anak-anak yang harus menghadapi kekejaman jamannya. Anak-anak yang tidak bisa merasakan hak nya sebagai anak pada umumnya. Bahkan hal yang sudah diatur dalam peraturan saja tidak dapat tidak dia rasakan. Negara seolah menutup mata akan hal ini. Seakan ada pembiaran begitu saja oleh negara terhadap permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak jaman ini. Mereka ada yang dijadikan pekerja, ada yang terlantar dan tidak memiliki akses terhadap pendidikan dan kehidupan yang layak.

          Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat manusia, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera.

Tuesday, May 19, 2015

Do you love me?

Seharusnya, seorang pecinta akan tau semua detil hal yg dicintainya.
Seharusnya, seorang pecinta melakukan hal itu dg segenap jiwa raganya.
Bukan sbg beban. Dan tanpa paksaan.

Namun bila sang pecinta, ternyata tdk tau apa yg menjadi kesukaan, hal yg tidak disukai, bahkan data diri yg seharusnya dia hapal di luar kepala, apakah dia pantas disebut sang pecinta?

Tak kenal maka tak sayang.
Jika kau menyayangi sesuatu, maka sudah seharusnyalah mengenalnya.
Luar dalam. Dengan hati dan pikiran. Jiwa dan raga.

Do you love me?

Hanya kalimat itulah yg akhirnya terucap jika pecinta melupakan hari lahir orang yg dicintainya. Tidak tau makanan kegemarannya. Dan memaki dg keras atas kesalahan yg sebenarnya justru milik dirinya.

Cinta tidak seperti itu kawan.

Monday, May 18, 2015

Pangrango Berlari

Waktu telah menunjukkan pukul 18.25 WIB dan comuter yg kunaiki baru memasuki 
stasiun Bogor. Belum berhenti, apalagi membuka pintunya dan mempersilahkan para penumpangnya turun.

5 menit lagi jadwal KA Pangrango yg akan kunaiki datang. Jantungku sudah berdebar keras dari satu jam lalu. Saat menunggu comuter ini di stasiun Manggarai.

Sakit kepalaku karena memburu waktu. Sekarang posisiku sudah di depan pintu comuter. Siap menghambur keluar begitu comuter berhenti. Tapi membayangkan kurang dari 5 menit harus transit dari stasiun Bogor ke stasiun Paledang, membuat lututku gemetaran.

Pintu comuter terbuka. Aku menghambur keluar. Berlari menuju pintu keluar stasiun. Berhenti sebentar untuk bertanya pada security, mana jalan tercepat ke stasiun Paledang. Pilihannya adalah, memutar dan menambah lebih dari 200m perjalanan, atau memangkas 200m perjalanan tsb namun menaikin JPO. JPO tsb sudah pasti tinggi. Pastinya butuh usaha lebih dan juga waktu untuk menaikinya dan menuruninya. Kali ini aku pilih pilihan kedua. 

Naik JPO ini menguras tenagaku. Ketika turun dan harus berlari di jalan datar, kakiku sepertinya sudah tidak mampu. Gemetar. Tapi untuk menyerah di beberapa meter terakhir rasanya bukan pilihan bijak.
Tepat di belokan terakhir sebelum masuk stasiun Paledang, KA Pangrango yg akan kunaiki datang dari arah berlawanan. Dengan sisa tenaga yg ada, aku terus berlari.

Hmfff.. Detik-detik terakhir boarding passes!

Akhirnya, perjuangan beberapa jam terakhir selesai. Pencapaiannya adalah, aku berhasil duduk manis di dalam KA Pangrango dengan bercucur keringat di sekujur tubuh. Jantung berdetak lebih cepat dari biasa. Kaki gemetar tak menentu. Dan tentu saja kesenangan hati yg tak kepalang krn akan camping di Curug Sawer, Sukabumi dengan adik dan kakakku.
It's family time, baby.... :*

Friday, May 08, 2015

Cerita Hari Ini

Pagi ini kubuka mataku dengan setengah malas. Pundak bagian belakang terasa keras dan susah digerakkan.
Alarm tubuh yang menandakan ia butuh istirahat lebih. Iya, kusadari beberapa minggu belakangan ini jadwalku padat, bahkan jadwal padat merayap itu merambah juga waktu weekend-ku.

Kupaksakan tubuh untuk bangun. Setengah menyeret kaki ke kamar mandi untuk bebersih. Hari ini harus kulalui. Itu pasti!

Tak ada sarapan menanti di meja. Entahlah, mungkin pagi ini semua orang berburu dengan waktu. Alasan standar yang terlontar bila tidak sempat membuat sarapan. Sudahlah, seduh saja susu untuk sekedar pengganjal perut. Toh, aku tetap harus bergerak. Dengan atau tanpa sarapan di pagi hari.

Sudah saatnya berangkat kerja. Melalui jalanan yang macet di beberapa titik. Kemacetan memang seringkali tidak bisa ditolerir. Termasuk pagi ini. Ditambah pula dengan panas yang menyengat tangan yang tidak memakai sarung tangan. Akibat semalam pulang kehujanan dan sarung tangan basah tak terselamatkan.

Kurasakan lengkap hariku ini dengan tumpukan kerjaan yang menggunung. Seakan tiada habis kerjaan itu menghampiri dan menghampiri lagi. Belum lagi proses pulang kerja yang tidak kalah melelahkannya dibanding keberangkatan pagi ini ke kantor.






Ya Allah, jauhkanlah aku dari sifat-sifat orang yang tidak tau bagaimana bersyukur kepadaMu. Aku sadari, hidup yang selama ini sering aku resahkan, bisa jadi adalah kehidupan yang diharapkan oleh orang lain. HambaMu yang berada di belahan bumi lainnya.

Ya Allah, jadikanlah aku hambaMu yang mampu mensyukuri setiap nikmatMu. Sesungguhnya setiap harinya kurasakan nikmat yang tiada tara nya dalam kehidupanku. Kau hidupkan aku setiap paginya dengan kesempurnaan tubuh dan kesehatan yang hanya mampu diciptakan olehMu. Menitipkan aku pada malaikatMu yang kupanggil dengan sebutan keluarga. Menghadiahi aku dengan sahabat baik yang selalu mendukungku. Penghormatan baik di masyarakat dan pekerjaan yang baik pula. Sesungguhnya tiada lagi daya dan upayaku dalam mengingkari semua nikmat yang Kau berikan.

Ya Allah, sesungguhnya cerita hari ini bukanlah tentang keluh kesahku akan kehidupanku. Tapi tentang bagaimana aku mampu mensyukuri apapun yang aku dapatkan, dan berjuang untuk melakukan yang terbaik dalam mensyukuri semua nikmatMu.

Thanks Allah, thanks for everything I have.