Showing posts with label friendship. Show all posts
Showing posts with label friendship. Show all posts

Thursday, October 05, 2017

Friends of Mine

Kalau kamu mau tau seperti apa seseorang, liat saja teman2 nya.
Teman adalah cerminan.

Jadi, siapa bilang ga boleh milih2 teman?
Justru kita harus memilih teman yg bisa bersinergi baik dg kita.
Menjadikan kita org yg makin baik setiap harinya.
Yg bukan hanya bersama mereka kita bisa move on tapi jg bersama mereka kita terus move up.

I love you friends 😘😘
Love you to the moon and flying together with love.
Because of you all, I believe I can fly 💃🐣🐦

Monday, March 27, 2017

Trinity The Nekad Traveler, Film tentang Seni Melakukan Perjalanan

Dari mulai film Trinity The Nekad Traveler ini dipromosikan, saya dan teman-teman sudah berencana untuk menontonnya bersama. Namun karena waktu yang tidak pernah sinkron, baru weekend inilah kami dapat menontonnya.

Bagi saya pribadi, Trinity adalah salah satu orang yang menjadi inspirasi saya dalam melakukan perjalanan.
Sebagai "mbak-mbak kantoran", apa yang dirasakan oleh Trinity dulu, juga saya rasakan. Waktu cuti yang terbatas, deadline kerjaan, dan uang sebagai modal untuk melakukan perjalanan. Namun disinilah seninya menjadi seorang traveler. Traveler itu, harus bisa menyiasati semua halangan yang ada demi terlaksananya perjalanan. Jadi, unsur petualangan sangat kental disini.


Film ini disutradarai oleh Rizal Mantovani, dan Maudy Ayunda sebagai tokoh utamanya. Selain Maudy Ayunda sebagai Trinity, ada deretan artis terkenal sebagi pendukung film ini, antara lain adalah; Hamish Daud, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Babe Cabita, Ayu Dewi, Cut Mini, Farhan, dan lain-lainnya.
Oiya, di film ini, kita juga akan melihat aslinya Trinity, lohh...

Menurut saya, film ini menggambarkan dengan baik seninya menjadi seorang traveler. Bagaimana mengatur waktu perjalanan dan menyiasatinya dengan cuti yang terbatas. Bagaimana membuat budget perjalanan sehemat mungkin sehingga perjalanan yang direncanakan bisa terlaksana dengan aman, nyaman dan mengesankan. Ada tips-tips praktis dalam melakukan travelling yang juga disisipkan di dalam film ini.
Satu yang saya selalu jalankan adalah; mengambil kartu nama hotel tempat kita menginap.

Film ini juga tidak monoton di segi cerita yang disampaikannya, ada unsur percintaan dan cerita sahabat yang divisualkan dengan baik. Sepanjang film, kita akan disodori oleh pemandangan di beberapa destinasi wisata yang memanjakan mata penontonnya.
Untuk saya, hal ini membuat saya ingin pergi juga ke tempat yang belum saya kunjungi yang ada di film ini.
Hehe, mari kita masukkan ke dalam bucket list must visited *;;) batting eyelashes

Secara keseluruhan, film ini akan saya beri point 8 dari 10. Saya suka semua hal yang ada di film ini.
Yang menyebabkan film ini menjadi tidak mendapat nilai sempurna 10 adalah karena penilaian subjektif saya sebagai penonton yang sudah menikmati karya Trinity dalam versi buku terlebih dahulu. Itu saja. Sehingga, saya mengharapkan, Trinity divisualkan dengan sosok yang lebih gagah dan mandiri. But overall, saya suka film ini dan menantikan buku lain Trinity untuk di film kan kembali.



Sunday, March 12, 2017

Goes to China

Yes, I did it!

Finally, awal Januari ini sukses liat salju!

Sebelumnya, awal tahun 2016, saya dan Fatima, teman saya, back to Seoul dan sekitarnya. Niatnya winter-an liat salju. Tapi ternyata ga ada salju disana. Selama 5 hari kita di Korea, liat salju (atau es, lebih tepatnya) yaaa pas di tempat ski. Dan berhubung ski itu mahal, jadilah kita cuma fotoan aja disitu. 😂😂😂

Maka kembalilah saya merencanakan winter trip berikutnya. Sebagai pengganti si winter trip yang mendekati gagal itu. Winter trip kali ini rencananya lebih ke utara. Tujuannya biar ga nanggung. Jadi memang sengaja cari lokasi yang pasti ada salju.
Harbin. Yes, HARBIN!
Pasti ada salju disana. Karena setiap tahunnya, di Harbin ada festival musim dingin; jadi akan ada festival salju dan festival es. Maka jadilah tujuan kita winter-an kali ini ke China.

Kenapa China?
Ini lebih ke faktor ekonomis aja, sebenernya. Sebelumnya, saya memutuskan mencari lokasi yang lebih ke utara, yang terjangkau dengan tabungan yang ada. China bagi saya juga merupakan negara yang ingin sekali saya kunjungi. Sejak saya suka sejarah, sejak saya tau China adalah salah 1 negara yang mempengaruhi kebudayaan dunia, sejak saya tau rute jalan sutra, sejak saya membaca kisah pembangunan Great Wall, sejak saya suka kisah Legenda Ular Putih, sejak pengen banget ketemu Yoko, sejak liat film Mummy yang shootingnya di China, sejak dulu sih pastinya. Jadi ini semacam melaksanakan bucket list; must visit.

Xi’an, Harbin dan Beijing adalah 3 kota di China yang saya kunjungi dalam trip kali ini. Kenapa 3 kota ini?
Jadi, ke China tanpa ke Great Wall dan ke Terracotta Wariors Museum itu bagi saya laksana kita pergi ke Mesir tanpa liat Pyramid atau ke Paris tapi ga ke Eiffel Tower. Atau kayak sayur ga digaremin; enak tapi tetep aja ga lengkap. So, mumpung ke China, Xi’an dan Beijing ga mungkin saya skip.
Harbin? Ya namanya juga ini winter trip yaa, jadi ya ke festival musim dingin di Harbin dong pastinya.

Rute saya selama winter trip ini adalah:
Bekasi – Cengkareng – KL – Xi’an – Harbin – Beijing – KL – Cengkareng – Bekasi.

Dari Cengkareng ke Xi’an dan dari Beijing balik ke Cengkareng, saya naik Air Asia. Dapet tiket murah karena lagi promo. Tapi ga murah-murah banget sih, ada teman yang dapet lebih murah soalnya.
Dari Xi’an ke Harbin, saya naik China Southern Airlines. Maskapai fullboard. Ga dapet harga murah. Mungkin karena belinya juga udah mendekati hari H. Dan waktu yang saya pilih adalah musim liburan. Jadi harga yang saya keluarkan bahkan lebih mahal dari tiket PP Indonesia – China yang saya beli sebelumnya di Air Asia.


Xi’an

Ngapain aja di Xi’an? Kemana aja? Ada apa disana?
 
Xi’an yang saya tau adalah sebuah kota kuno. Kota yang sudah sejak lama ada, bahkan merupakan pusat pemerintahan China di jaman dulunya.

80% wisata di Xi’an adalah wisata sejarah. Ada Terracotta Wariors Museum disini, ada Bell Tower of Xi’an, Xi’an City Wall, Titik 0 KM Jalan Sutra dan lain-lain hal yang berhubungan dengan sejarah China, juga sejarah peradaban dunia. Bahkan wisata kuliner yang saya lakukan disini pun berhubungan dengan wisata sejarah. Tempat yang terkenal untuk wisata kuliner ada di daerah Muslim Street. Kawasan ini dekat dengan Great Mosque of Xi’an. Masjid raya yang sudah berusia ribuan tahun, dan masih digunakan untuk ibadah sehari-hari kaum muslim itu sendiri. Selain tentu saja dibuka untuk wisata sejarah bagi umat beragama lainnya.
Oiya, untuk muslimin yang masuk ke Great Mosque of Xi’an ini gratis. Tapi untuk umat beragama lain, tiket masuk adalah 15 Yuan.

Saya cuma 2 hari aja di Xi’an.

Hari I
1)    Xi’an City Wall, 2) Bell Tower, 3) Keliling pusat perbelanjaan (sesungguhnya kami ‘ga belanja, Cuma sekedar menghangatkan tubuh aja, kokk.. hahaha), 4) Muslim Quarter, 5) Great Mosque of Xi’an, 6) Muslim Street.
Rute ini saya jalani seharian, dari jam 10 AM keluar hostel, balik ke hostel jam stgh 10 malam.

Hari II
Terracotta Wariors Museum!
Iya, hari ini cuma 1 lokasi aja. Soalnya perjalanannya juah dan saya harus cari jejak untuk bisa kesini. Feel free to get lost deh pokoknya. Hahaha...
Episode ke Terracotta Wariors Museum itu jadi cerita panjang tersendiri tentunya!




Di hari saya ke Terracotta Wariors Museum, saya harus terbang ke Harbin di malam harinya. Saya sudah janjian dengan Fatima disana. Dia menyusul saya ke China di hari berikutnya dengan Malaysian Airlines dan langsung menuju Harbin.


Harbin

Saya ke Harbin naik China Shouthern Airlines. Ini penerbangan fullboard, jadi mahal. Saya sendiri ga rekomen maskapai ini. Bukan Cuma karena mahalnya aja sih, maskapai ini ga ada check in online-nya. Padahal antrian check in nya aduhaiii dehh.. Antriannya semrawut! Lama! Gak terkoordinasi dengan baik. Padahal saya masih harus masuk bagian pemeriksaan bandara Xi’an yang berlapis-lapis. Hikkss, pake acara lari-larian, jalan jauh dan masuk pesawat terengah-engah. Dapet tempat duduk paling belakang. Kursi di depan saya ga sopan karena mundurin bangkunya sampe mentok. Bikin saya ngerasa sumpek banget. Hal ini diperparah dengan seringnya saya kesikut ama orang-orang yang ga berhenti-hentinya ke toilet. Makkkk! Ampuunn!

Saya ga mau cerita lebih banyak tentang kekecewaan saya terhadap maskapai ini. Masih banyak daftar kekecewaan saya sebenernya, tapi biarlah ini menambah kisah saya dalam perjalanan kali ini. Namanya perjalanan kan emang gitu, there is always good and bad side in the same times.

Saya sampe di Harbin tanggal 3 dinihari. Cuma punya waktu yang seharian penuh, yah pas di tanggal 3 itu aja. Tanggal 4 siang udah harus ke Beijing.
Agak memaksakan ya?!
Saya rasa juga gitu. Apalagi dengan semua biaya yang harus saya keluarkan dalam perjalanan ke Harbin ini. Kok, saya kayak ngerasa “ga sebanding” aja.

Tapi ketika saya mikir lagi untuk berada berlama-lama di suhu minus tinggi, kok yahh jadi ketar ketir sendiri mikirinnya yaahh..
Alhasil? Yah itulahh..
Saya cuma sehari explore Harbin.
Untungnya di Harbin memang tidak terlalu banyak spot yang bisa diexplore. Semua yang jadi highlight disini adalah tentang salju, es, dan musim dingin. Dan itu ada di satu lokasi yang disebut Sun Island. Tapi jangan harap matahari bersinar cerah ceria di Pulau Matahari ini yah. Apalagi pas musim dingin.😆

Karena datengnya udah dinihari, kita baru keluar penginapan di jam 11 siang.
Udah lapar karena dari semalem gak makan. Jadi, kita cari makan dulu. Lucunya, kita malah makan makanan Korea. Hahaha 😋😁



Di Harbin:
  • Saya ke Sun Island dan mengunjungi 1) Snow Sculpture Festival, 2) North Pole, 3) Ice World Festival. 
  • Sophia Church; karena ini Gereja, jadi kita fotoan di depannya aja. Itu aja udah seneng banget. Berasa ke Rusia, gitu. Soalnya arsitekturnya Sophia memang mirip banget gereja-gereja di Rusia. Ga heran sih, Harbin itu kan daerah utara China yang memang berbatasan dengan Rusia.
Yang jelas selama di Harbin, kita tuh seneng banget karena bisa ngeliat salju yang banyak dan berserakan di taman-taman dan jalan-jalan. Bahkan foto-fotoan di taman aja, udah happy. Maklum ajalah yaa, kita kan anak daerah tropis yang dari lahir ga pernah ngeliat salju.

Disini banyak orang baik. Setidaknya, disini kita sering ditolong sama orang-orang baik yang dengan sukarela membantu. Ada polisi yang baik hati ngasih tau jalan walau bahasa Inggris nya gubrak banget. Hahaha
Ada pula Tao, mahasiswa yang mukanya boros. Sumpah, saya kirain seumuran ama kita. Hahaha
Tapi dia baik banget. Nganterin kita keliling nyariin Ice World Festival dan Gereja Shopia. Bantuin nolak-nolakin tukang dagang yang pada maksa di depan Ice World Festival. Sampe bayarin bis pass keluar dari Sun Island karena kita ini adalah turis yang kliwat gaya dan ga punya recehan 1 Yuan buat bayar bis. Ouch..
Sayangnya foto kita bertiga sama Tao ngeblur gitu. Andai aja bagus, saya bakalan pasang deh.



Ada beberapa hal sebenernya yang gagal untuk dilakuin di Harbin. Antara lain adalah foto-foto bertabur salju atau tiduran di salju. Hahaha.. Iya, saya norax!


Beijing

Sampe di Beijing udah malem. Yang dilakukan Cuma nyari hotel yang udah kita booking sebelumnya dan istirahat. Persiapan diri untuk perjalanan besoknya.

Selama di Beijing kita nginap di Spring Time Hostel. Lokasinya ga jauh dari stasiun metro. Sebelah pintu keluarnya persis. Dari segi lokasi, it is in a good location. Kita ga perlu jalan jauh-jauh untuk mencapai stasiun metro. Walau ini hostel, tapi kamar dan pelayanannya OK. Harganyapun murah. Saya rekomen hotel ini buat tempat menginap kalau ada orang yang tanya rekomendasi penginapan di Beijing.

Hari kedua di Beijing, kita ke Great Wall. Yeayyy!
Great Wall, We are coming. Hahaha.. #lebay

Kita ke Badaling Section, Great Wall. Konon jalur inilah yang termudah. Seru!
Mungkin perjalanan ke Great Wall ini akan saya tuliskan dalam cerita tersendiri.

Karena ini musim dingin, saya kedinginan banget selama di Great Wall. Soalnya pas kita di Great Wall, pas hujan salju turun juga. Kita bahkan sempet ngalamin jarak pandang yang sangat pendek, ga kliatan apa-apa, palingan cuma sebatas 2 meter ke depan aja.
Jadi saran saya, kalo mau puas fotoan narsis, datanglah ke Great Wall pada 3 musim lainnya selain musim dingin.



Hari ketiga di Beijing kita ke; 1) Forbiden City, 2) Tiannamen Square dan pergi belanja oleh-oleh setelahnya sampe malem.

Ada kejadian lucu bin deg-deg’an di hari ketiga kita di Beijing. Dalam perjalanan dari Forbiden City ke Tiannamen Square, kita sempet “nyasar” karena sotoy ngikutin petunjuk peta yang kita ambil dari hotel. Alih-alih mencoba menikmati perjalanan, kita fotoan di jalanan yang lucu dan keren untuk di foto. Tapi ga’ sampe 50m dari tempat kita foto, kita di stop sama tentara yang lagi jaga di depan gedung yang menurut pengamatan saya, gedung pemerintahan. Entah apa karena saya sama sekali buta tulisan China dan ga menemukan sama sekali tulisan latinnya. Dia minta liat foto yang tadi kita ambil dan kemudian foto itu dihapus.
Hiks, agak menyesali insiden penghapusan foto itu. Tapi ga bisa protes. Takut malah berbuntut panjang. Saya cuma pengen balik ke Indonesia utuh. Pergi sehat, pulang selamet. Udah itu aja.
Di waktu istirahat setelahnya, saya baru menyadari kalau kita tadi foto di depan departemen pertahanannya China. Mungkin, termasuk yang dilarang untuk difoto dan diedarkan diinternet. Mereka tau kita turis dan narsis, jadi kejadian penghapusan foto itu adalah antisipasi untuk tersebarnya lokasi dan situasi di tempat tersebut. Ampun om tentara, sesungguhnya kami ga tau kalo ga boleh foto disitu.

Selepas belanja oleh-oleh, saya langsung final packing, mandi dan cuss ke airport buat balik ke Indonesia. Penerbangan balik saya jam 4 pagi. Tapi saya udah sampe di airport 11 malem. Nunggu di airport is better than saya telat karena kesiangan bangunnya. Saya naik kereta ke airport pake kereta yang terakhir. Beruntung saya masih bisa ngejar nih kereta. Temen saya ga keuber dan akhirnya harus naik taksi. Dia ngeluarin ongkos lebih mahal 5 kali lipat dari ongkos yang saya keluarkan untuk ke airport.

Penerbangan balik transit kembali di KL.

Ada sebagian asa yang tertinggal di China. Asa untuk lebih lama menjelajah dan mengunjungi tempat bersejarah dan berpengaruh pada kemajuan peradaban dunia, pada perkembangan kebudayaan di Indonesia.
Semoga Tuhan selalu menyehatkan saya dan memampukan saya untuk kembali kemari atau ke tempat lainnya untuk terus memperkaya jiwa. Aamiin.



Thursday, March 09, 2017

Winter Trip - China



Dari sekedar wacana mau liat salju, sampai episode berburu tiket demi mewujudkan mimpi, sebenernya video ini terlalu singkat untuk menggambarkan semuanya.
Cuma satu pesennya, kalau emang udah mimpi, wujudkanlah!
Mimpi itu untuk dicarikan cara agar bisa diwujudkan, bukan disimpan di dalam relung jiwa dan tetap menjadi mimpi sampai akhirnya disesali kemudian.
Just watch this video and enjoy :)

Friday, November 25, 2016

Best Friends

Karena sahabat itu bukan bayangan yang hanya ada saat terang, mengikuti kemanapun kau pergi dan menghilang saat gelap datang.
Sahabat itu bagai bintang.
Walau jauh, tapi sinarnya mampu menerangi dan menghibur hati.
Kadang ia tak tampak, namun sesungguhnya dia tetap ada disana, selalu menemani saat terang dan gelapmu.

Tuesday, October 20, 2015

Travelmate

Setiap perjalanan itu punya cerita dan kisahnya masing-masing. Ga selalu manis, kadang nano-nano. Dan travelmate akan melengkapi rasa nano-nano itu.

Yes, right, travelmate menurut versi saya adalah temen jalan yang bisa diajak gila dalam menghadapi sebuah perjalanan. Termasuk mengganti plan A to Z sambil tertawa terbahak karena melewatkan B, C, D dan huruf lainnya.

Wednesday, September 30, 2015

Gelap

Pernah ga membayangkan hidup dalam kegelapan?
Tentunya saya amat sangat tidak berharap! Karenanya bila pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya tidak akan berani membayangkannya.

Dua minggu lalu saya dan beberapa orang teman berkunjung ke hutan kota Ir. H. Juanda di Bandung. Kami pun mengunjungi gua Jepang yg ada disana.
Di dalam gua sepanjang kurang lebih 300 meter itu, sama sekali tidak ada cahaya. Karenanya, kami menyewa tiga buah senter sebagai penerangannya.
Menurut sang guide yang mengawal perjalanan kami, gua tersebut pada masanya dipakai sebagai tempat penyimpanan amunisi perang. Termasuk hidup dan berkehidupan para tentara.
Nah, balik lagi ke pertanyaan di atas.
Kebayang ga sih hidup pada masa itu di dalam gua tersebut?


Throw back to the time when I visit Vietnam. Disana ada Chuchi tunnel. Saat ini, untuk keperluan pariwisata, Chuchi tunnel tersebut diperbesar ukurannya agar bisa dimasukin turis asing yang berbadan jauh lebih besar dari bangsa Vietnam. Juga dipermudah dengan fasilitas tangga yang lebih baik dibanding pada masa awal dibuatnya. Padahal pada masanya, masa perang Vietnam, tunnel tersebut berfungsi sebagai bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakatnya. Mereka hidup dan berkehidupan di dalamnya. Makan, tidur, dan melakukan aktivitas hidup lainnya. Tentu saja jangan harapkan ada penerangan memadai disana pada masa itu.

Lalu kita balik lagi pada pertanyaan di atas. Kebayang ga sih hidup pada masa itu di dalam tunnel tersebut?
Bila pertanyaan tersebut dilontarkan hari ini pada sebagian dari masyarakat kita, jawabannya tentu saja mereka tidak berani membayangkannya. Saya bertaruh untuk hasil polling ini.

Kembali pada kedua bangunan tersebut. Tidak ada yang mustahil terjadi di dunia ini. Apalagi bila dilatarbelakangi keterpaksaan yang teramat sangat a.k.a kepepet. Semua pada akhirnya menjadi bisa dan mungkin.
Jika mencermati hal tersebut, ada satu benang merah yang dapat ditarik untuk kehidupan yang lebih baik. Pastinya kita harus menemukan sisi kepepet untuk lebih mengeksplore kemampuan diri dan membuat hidup yang lebih baik dari hari ini. Tidak harus sebegitu menderitanya, karena kepepet bisa karena berbagai macam alasan. Karena alasan remeh dan keciiilll sekalipun :)
"The best tomorrow started from today."

Friday, September 11, 2015

Ramai dalam kesunyian

Waktu sudah menunjukkan 22.20 WIB. Sudah lebih 20 menit dari waktu janjian awal, dan teman seperjalanan malam ini belum ada satupun yg menampakkan batang hidungnya di depan mataku.
Arrgghhh.. Udah janjian jam 10 malam aja, masih telat. Apalagi kalau kemarin beneran janjian jam 8? Bisa jamuran nungguin mereka. Gerutuku dalam hati.

Aku tidaklah sepenuhnya semerana itu. Pada saat yg sama, sambil menunggu mereka, akupun chit chat dengan teman-temanku yang lain. Teman-teman yang berada jauh dari tempatku berada, bahkan teman yang berada jauh di belahan bumi lainnya.
Thanks to internet tentunya :)
Dan terimakasih mesra juga terucap untuk jejaring sosial media.
Untuk kali ini, aku seperti terselamatkan dengan adanya semua sosial media itu. Terselamatkan dg adanya internet yg menyatukan kami.

Dilain waktu, saat pertemuan dengan teman lama yg sesungguhnya sudah lama direncanakan dan sering gagal krn kesibukan kita masing-masing, menjadi hambar karena masing-masing individunya sibuk dg gadgetnya masing-masing. Sibuk bersosialisasi di dunia maya dan lupa menyapa orang lain yang ada di sekitarnya.
Ironi yang lazim kita lihat akhir-akhir ini.

Monday, April 06, 2015

Sebuah Kisah Perjalanan

Bulan lalu, Saya melakukan perjalanan dengan seorang sahabat.
Tema perjalanan nya adalah menelusuri kejayaan Melayu jaman dahulu.
Tujuannya sudah barang tentu adalah Malaka, Melaka, atau Malacca.
3 nama itulah yang biasa dipakai. Dan dalam tulisan ini, Saya akan memakai kata Malaka. Karena lebih terbiasa menggunakan kata tersebut ;)

Perjalanan di mulai pada pagi hari di awal sebuah weekend.
Yups, harus pagi hari karena rumah kami terletak jauh dari bandara. Butuh minimal 2 jam perjalanan untuk sampai ke bandara Soekarno Hatta di Cengkareng.
Perjalanan berlanjut dengan penerbangan selama kurang lebih 2 jam ke Kuala Lumpur.
Dari Kuala Lumpur, perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat dengan bus.
Sampai di Malaka, perjalanan belum selesai. Kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan bis kota yang mengantarkan kami ke hotel.

Hotel kami terletak tidak jauh dari pusat wisata.
Perjalanannya sendiri pun sebenarnya tidak lama.
Namun karena saat itu adalah malam minggu, dimana daerah tersebut jadi begitu amat sangat ramai, maka kemacetan tidak dapat terelakkan lagi. Jadilah kami harus berlama-lama menunggu bis tersebut di terminal. Termasuk berlama-lama menghadapi macetnya jalan malam itu. hufftt...

Kami tidak tau lokasi pasti hotel yang dimaksud walau dalam lampiran bukti pemesanan hotel, dilampirkan denah lokasi.
Adalah seorang kakek tua yang sejak dalam bis memberitahu bahwa dia tau lokasi hotel tersebut.
Singkat cerita, sang kakek yang mengaku bernama Datuk Idrus mengajak kami turun di satu titik yang sebenarnya jauh dari lokasi hotel kami berada.
Beberapa kali beliau pun bertanya kepada pemilik hotel dan pemilik toko perihal hotel yang dimaksud.
Arghhh.. sebenarnya nih kakek tau ga sih??
Saya menggerutu dalam hati.
Namun melihat keceriaan Datuk Idrus dalam mengantar kami dan ceritanya tentang lokasi wisata dan kejayaan Melayu pada jaman dahulu kala, akhirnya saya berdamai dengan kaki yang mulai letih berjalan mencari lokasi hotel.
Anggap saja, kami sedang melakukan walking tour gratis.

Walaupun perempuan, saya bukan termasuk dari golongan mereka yang tidak bisa membaca peta dan arah.
Hahaha... pisss ya sist ^_^v
Ketika pada akhirnya kami melalui jalan yang ada di dalam peta lokasi hotel yang terdapat di dalam lampiran booking hotel, kali ini Saya lah yang menjadi pemimpin rombongan.
Yeayyy dan akhirnya kami menemukan lokasi hotel yang dimaksud.
Sekilas info, lokasi hotel berhadapan dengan pantai yang cantik. Hotelnya bertarif murah dengan kamar yang lega dan fasilitas yang baik. Staf hotelnya pun sangat ramah dan membantu.

Kembali ke Datuk Idris.
Terlepas dari telah membuat kami berkeliling dengan ransel yang lumayan berat pada malam hari di saat kami telah lelah dalam seharian perjalanan, dia adalah orang baik.
Beliau mau dengan sukarela membantu kami menemukan lokasi yang kami cari.
Alasannya adalah "Saya suka membantu orang, karena Saya berharap orang lain akan membantu Saya ketika Saya membutuhkannya. Saya percaya teori tebar tuai."
That's the point!!

Berbuat baiklah.
Percayalah teori tebar tuai tersebut.
Saya sendiri percaya!
Dan Alhamdulillah, Saya selalu menemukan orang2 baik dalam perjalanan yang Saya lakukan.  



Thursday, September 13, 2012

THE WORLD MUST CELEBRATE WOMEN



Time Passed.....
 
Life happens..... 
Distance separates..... 
Children grow up..... 
Jobs come and go. Love waxes and wanes.
Men don't do what they're supposed to do... 
(neither do women)...
Hearts break. Parents die. Colleagues forget favors. Careers ends.... 
BUT.....Sisters are there, no matter how much time and how many miles are between you. A girl friend is never farther away than needing her can reach... 
When you have to walk that lonesome valley and you have to walk it by yourself, the women in your life will be on the valley's rim, cheering you on, praying for you, pulling for you, intervening on your behalf,
and waiting with open arms at the valley's end...
 
Sometimes, they will even break the rules and walk beside you....or come in and carry you out. Girlfriends, daughters, granddaughters..... 
Daughter-in-laws, sisters, sister-in-laws, mothers, grandmothers, aunts, nieces, cousins, and extended family, all bless (and sometimes complicate) our life! 
The world must celebrate women - always !
  




Tuesday, April 10, 2012

Cinta itu Doraemon


cinta itu jangan seperti NOBITA yang selalu putus asa,
jangan pula seperti GIANT yang penuh emosi,
janganlah juga seperti SUNEO yang selalu sombong,
CINTA itu harus seperti DORAEMON yang penuh keajaiban....

Monday, March 26, 2012

Kupu-Kupu Kehidupan



Ulat tak akan selamanya buruk rupa.
Kepompong tidak akan bertahan selamany, itu hanyalah suatu fase metamorfosa hidup dalam perjalanan kehidupan.
Ketika sayap telah mampu melebar dan sanggup menerbangkanmu, saat itulah lembaran baru kehidupan akan dimulai.
Saat ketika sang induk akhirnya melepaskan anaknya untuk berjuang sendiri, belajar menyadari arti hidup dan kehidupan.
Demikianlah aku dan kamu, saat kaki telah kokoh menopang tubuh, saat jiwa tak lagi serapuh kanak-kanak mungil nan polos, maka saat itulah sayap kecil kita mulai harus mengepak menerbangkan diri.
Terbang menuju impian masa kanak-kanak dahulu.
Menjadikannya nyata dalam kehidupan fana, bukan hanya angan-angan dan bunga tidur semata sepanjang usia.
Mari berjuang, mari menjalani kehidupan ini dengan syukur yang ikhlas.
Hidup ini memang tidak mudah kawan, tapi percayalah tidak sesulit apa yg mereka dengungkan.
Kepakkan sayapmu, lalu pergilah taklukan dunia.
Kelak senyum mentari akan selalu hangat menyapa, untuk menemani perjalanan hidupmu, SELALU...

Wednesday, December 01, 2010

Senja di Ufuk Timur

"sepersekian detik waktu terus berubah. ga ada yg abadi di dunia ini, baik aq, kamu, begitu jg qta. qta pernah ada. qta pernah bersama. dan selamanya qta bersama. walau pd saat yg sama qta terpisah, tp itu hanyalah raga, jasad pembungkus qta. jiwa qta ttp bersama. satu dlm qta."


"apa kabar sahabat? apa kabar bintang2 kehidupan? rindukah kalian akn kebersamaan qta? rindukah kalian akan senandung pertemanan qta? seperti matahari yg selalu terbit tiap hari dan tak pernah mengingkarinya. seperti itulah rasa rindu ini pd kalian. akan sll ada. tdk pernah padam walau kekuatan waktu terus menggerusnya."