Friday, November 25, 2016

Best Friends

Karena sahabat itu bukan bayangan yang hanya ada saat terang, mengikuti kemanapun kau pergi dan menghilang saat gelap datang.
Sahabat itu bagai bintang.
Walau jauh, tapi sinarnya mampu menerangi dan menghibur hati.
Kadang ia tak tampak, namun sesungguhnya dia tetap ada disana, selalu menemani saat terang dan gelapmu.

Friday, September 30, 2016

Pagi yang Syahdu

Hai Surya, apa kabarmu?
Kemanakah kau pagi ini?
Mengapa tak tampak sinar hangatmu?
Sungguh aku merindukannya.
Hai Surya taukah kamu,,
Pagi tanpa sinarmu adalah pagi yang syahdu.

Tuesday, September 13, 2016

Kolam Renang Rasa Pantai di Treasure Bay Bintan

Kolam renang terbesar di Asia Tenggara ada di Indonesia. Tepatnya berada di Lagoi, Bintan.
Dimana itu?

Lagoi adalah salah satu nama daerah di pulau Bintan. Pulau Bintan ini sendiri sebenarnya lebih popular di negara tetangga. Kebanyakan yang datang ke Bintan adalah warga Singapura dan Malaysia, Johor Bahru khususnya. Warga Indonesia yang datang kesini rata-rata adalah penduduk Batam.
Ya, hal ini karena letak pulau Bintan itu sendiri yang memang berada di gugus terluar dari propinsi Kepulauan Riau, salah satu propinsi yang ada di Indonesia. Setiap sejam ada kapal dari dan ke Batam, ke Singapura ataupun Johor Bahru. Sedangkan untuk penerbangan dari Jakarta hanya ada dua kali dalam sehari. Bisa dimaklumi kan bila pengunjung terbanyak malah justru dari dua negara tetangga yang saya telah sebutkan di muka.

Bintan terutama pantai Lagoi dan Treasure Bay nya itu baru menarik perhatian saya lebih dalam setelah dua bulan lalu saya menyaksikan iklannya di subway metro di Seoul. Iklan wonderful Indonesia yang salah satunya menampilkan Bintan.

Treasure Bay adalah kolam renang seluas 6.3H yang di desain serupa dengan pantai, landai dan semakin dalam ke tengahnya. Air nya pun sedikit asin, sama seperti air laut. Dasarnya adalah fiber, bukan pasir. Hal ini membuat air terlihat biru jernih seperti kristal. Pasir yang sebenarnya pasir hanya ada di pinggiran kolam renangnya saja.

Kolam renang ini dilengkapi juga dengan penginapan di pinggir kolam yang berkonsep perkemahan. Ada kapal yang bertenaga surya dan permainan air lainnya. Tidak lupa pengelola juga menyediakan tempat makan yang pembayarannya menggunakan deposit yang sudah dibayarkan terlebih dahulu di loket.
Dengan semua fasilitas tersebut, tentunya pengelola ingin menjadikan kolam renang Treasure Bay ini sebagai sebuah one stop rekreasi keluarga.




Secara keseluruhan, tempat ini menarik untuk dikunjungi. Tidak ada yang tidak bagus disini. Namun rasanya, kolam renang Treasure Bay ini hambar karena disajikan di sebuah pulau dengan pemandangan yang menawan seperti Bintan. Dan Lagoi adalah sebuah daerah wisata yang terkenal di Bintan karena pesona alamnya itu sendiri. Tentu sangat seru bila kita menikmati pantai dan laut yang indah dan memesona dalam arti yang sesungguhnya. Bayangkan bersantai di pantai yang beratapkan langit biru yang cerah. Berenang di laut yang jernih dengan ombak yang bersahabat dan matahari yang selalu bersinar sepanjang tahun. 

Tentunya akan menarik jika kolam renang dengan konsep ini ada di wilayah yang sama sekali jauh dari akses ke laut. Atau di negara 4 musim, dibuat dengan konsep in-door space. Sehingga kita tetap bisa berenang dan bersantai walau di musim dingin. Namun demikian, menikmati Treasure Bay di Bintan juga tak kalah menariknya. Kita dapat mencoba menikmati kolam renang dengan rasa pantai yang sesungguhnya.



Tuesday, September 06, 2016

Tiga Dara

Tiga Dara adalah sebuah film komedi musikal berbahasa Indonesia tahun 1957 yang dibintangi oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya, dan Indriati Iskak. Disutradarai oleh Usmar Islmail untuk Perfini. Diproduksi menggunakan dana pemerintah dan ditulis dalam upaya membangkitkan Perfini dari keterpurukan, Tiga Dara ditujukan untuk komersial meskipun Ismail tidak setuju dengan karya-karya semacam itu. Setelah dirilis pada bulan Agustus 1957, film tersebut meraih ketenaran yang tinggi, meluncurkan karier-karier para bintangnya, masuk box office tertinggi dari film Perfini manapun, dan ditayangkan di bioskop-bioskop kelas satu. Namun, meskipun Tiga Dara ditampilkan di Festifal Film Venesia 1959 dan meraih Tata Musik Terbaik di Festifal Film Indonesia 1960, Ismail menganggap karya tersebut melenceng dari visi awalnya untuk Perfini.*




Mulai 11 Agustus 2016, Film Tiga Dara yang sudah direstorasi kembali ditayangkan di bioskop-bioskop di tanah air. Dari film ini kita bisa melihat bagaimana kehidupan di Jakarta pada masa itu.

Suasana kota yang tenang dan tidak hiruk pikuk seperti sekarang, masa 60 tahun setelahnya. Banyak tempat yang ditampilkan di dalam film itu yang mungkin juga akan kita tebak, kira-kira dimana letaknya dan bagaimana kondisinya saat ini.

Namun demikian ada suatu yang khas dari situasi yang terjadi saat itu yang masih sangat relevan saat ini. Bahwa urusan jodoh bagi perempuan adalah juga merupakan urusan keluarganya, bukan urusan pribadinya semata. Bahkan sebuah doktrin bahwa kebahagiaan perempuan itu akan lengkap jika dia menikah dan punya anak juga ada pada masa ini. Hal ini membuat saya berpikir, apakah selama 60 tahun ini, masyarakat kita tidak berubah? Maksudnya tentu saja dalam urusan jodoh itu dan segala kompleksitasnya.

Secara keseluruhan, cerita dari Tiga Dara begitu khas dan dekat dengan kita. Jadi tidak perlu berkerut kening dan sudah payah berpikir dalam menerjemahkan film ini. Film ini segar, walaupun ditonton dalam masa 60 tahun setelah waktu terbitnya yang pertama. Banyak juga adegan yang lucu menggelitik, sehingga kita terpancing untuk tertawa. 

Penonton juga akan mendapatkan kejutan karena di tengah-tengah adegan, tiba-tiba pemain menyanyi dan berjoget sesuai dengan nyanyian yang dinyanyikannya. Yaa, film ini memang film musikal. Keren pastinya.

I recomen you to watch this film on theater, as soon as possible. Ga rugi! Tontonlah sesegera mungkin sebelum film nya turun tayang yaa..



*from: https://id.wikipedia.org/wiki/Tiga_Dara

Tuesday, August 16, 2016

Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI



Judul : Kedai 1001 Mimpi : Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Cetakan I : 2011
Tebal : 444 halaman + xii


"Kita ini konon pahlawan devisa. Tapi kalau mati, ya sudah, dianggap binatang saja."
"Saya datang untuk mempertebal iman, bukan jadi mainan."
"Datang kesini itu harus siap 'dijajah'. Baik jiwa maupun raga.'
"KAMU tidak perhatikan, banyak orang MATI karena terlalu BANYAK TAHU?"

Kutipan di atas adalah beberapa kalimat yang ada di dalam buku Kedai 1001 Mimpi. Terbaca sadis, yaa?! Namun bila kita membaca buku ini secara keseluruhan, kalimat di atas tidak aneh bila sampai terlontar dari mulut mereka, para buruh migran Indonesia di Arab Saudi yang konon katanya adalah para pahlawan devisa bagi negara ini.

Buku ini saya dapatkan dari seorang temannya teman saya dalam sebuah ajang tukar buku, Buku bekas dalam kondisi masih layak baca. 
Dari pertama membuka halaman pertama dan membacanya, saya merasakan kecanduan yang teramat untuk terus membaca dan membuka halaman selanjutnya.
Tutur bahasa dan kalimat yang digunakan oleh penulis untuk menceritakan pengalaman pribadinya begitu lugas dan mudah dimengerti oleh pembaca. 

Penulisnya, Valiant Budi (@vabyo) bukanlah seorang buruh migran "biasa" menurut saya. Sebelumnya dia adalah penyiar radio dan penulis. Keputusannya untuk menjadi buruh migran Indonesia di Arab Saudi didasarkan kecintaannya akan kisah 1001 malam dan keinginannya untuk berpetualang mencoba hidup di negara lain.

Cerita dalam buku ini bermula dari perjalanan Vibi, panggilan sang penulis melamar pekerjaan di luar negeri. Proses yang panjang dan penantian yang lama sampai akhirnya dia berangkat ke sebuah kota di pinggir laut Persia dan bekerja sebagai seorang barista di sebuah coffee shop berskala internasional yang ada disana. 
Banyak nama dan tempat yang disamarkan dalam buku ini oleh penulis. Namun bagi saya, tidak susah untuk menebak bahwa coffee shop tempat penulis bekerja di Saudi adalah Starbucks.
Selama bekerja disinilah tulisan dalam buku ini bercerita. Dari mulai hari pertama yang berat, pelanggan yang ajaib, teman-teman kerja yang tak kalah ajaib dan persahabatan penulis dengan sesama orang Indonesia disana.

Banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari membaca buku ini. Untuk orang yang terlalu mengagungkan bangsa Arab, silahkan baca dan pahamilah kalau Islam bukanlah Arab dan juga sebaliknya. Sebuah kekeliruan massal yang sering dipahami salah oleh orang Indonesia kebanyakan. 
Islam adalah agama, dan Arab serta budayanya itu berbeda. Dalam buku ini banyak dijelaskan perbedaan keduanya. Lagipula, sejak kapan Islam = Arab? 
Bahkan dalam buku ini penulis menuliskan dengan gamblang tentang berbagai macam budaya Arab yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Dari mulai cerita tentang kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan, zinah, bahkan prilaku homoseksual yang terjadi disana. Vibi-pun pernah menjadi korbannya; dari mulai supir taksi, om-om pelanggan coffee shop nya sampai orang yang tidak dikenal yang dia temui di jalan.

Hal yang menyedihkan sepanjang membaca buku ini yang saya rasakan adalah saat penulis menjelaskan bagaimana Indonesia selalu dianggap sebagai negara miskin dan hanya berisi orang-orang bodoh. 
Vibi yang berhasil menjadi supervisor pertama dari Indonesia itu dianggap ajaib karena banyak dari rekan senegaranya hanya mampu bekerja di sektor informal, menjadi PRT atau supir. 
Ada sebuah kalimat penjelasan yang dituliskan oleh penulis pada halaman 426 yang membuat saya terharu sekaligus tegas mengiyakan:
"Maaf, tapi di negara miskin saya itu, saya lebih banyak tersenyum. Tak terbeli dengan ribuan riyal. Lagi pula semua kebusukan negara saya, Indonesia, ada di negara lain, kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu dimiliki negara lain."

Secara keseluruhan buku ini sangat bagus untuk dibaca. Menyadarkan kita akan sisi dunia lain yang sayang nya sering kali kita terlena dengan pikiran kita sendiri tanpa tahu pasti kenyataannya. Buku ini khas, karena mengangkat sebuah hal yang serius; dunia buruh migran dan segala permasalahannya, tapi disajikan dengan gaya lugas nan kocak. 
Jika harus memberi rating dengan bintang-bintang seperti dalam aplikasi ojek online, saya akan memberikan bintang 4 dari 5 bintang yang ada. 


Thursday, August 04, 2016

Hello Summer, Hello the World

Sebagai seorang yang suka jalan, saya sangat berharap bisa berkeliling dunia dan mengunjungi daerah-daerah cantik di belahan bumi sebelah manapun. Belajar mengenai kebudayaan dan berbaur dengan penduduk lokalnya.
Sebuah harapan besar yang terus saya hidupkan setiap harinya. Tentunya membutuhkan banyak waktu dan uang serta tenaga. Hal ini agak sulit untuk dilakukan oleh saya yang seorang pekerja, dan terikat dengan rutinitas sehari-hari.

Tapi mimpi bukan harus diwujudkan?
Ya, memang!
Caranya adalah dengan bangun dari tidur, berkegiatan dan berupaya sekuat tenaga untuk mewujudkannya.

Pernah dengar banyak jalan menuju Roma?
Kalau pernah, berarti percaya kan kalau banyak cara yang bisa kita lakukan untuk mewujudkan mimpi kita tersebut?
Tinggal bagaimana kita menyikapi segala peluang yang ada.

Berbicara tentang peluang dan harapan untuk dapat mewujudkan keinginan untuk dapat berkunjung ke tempat-tempat cantik di belahan bumi lainnya, bulan lalu saya berhasil memanfaatkan peluang yang ada untuk dapat bepergian secara gratis.
Yes, for free alias gratis.



Dalam kasus saya, saya mendaftar sebuah pelatihan khusus untuk para pekerja yang bekerja di bidang gender equality untuk meningkatkan skill kepemimpinannya dalam women movement. To be the next women leader gitulah. Full funded by UN Women yang diselenggarakan oleh EWHA Womans University di Seoul, Korea. Ketika saya tuliskan full funded, udah tau dong kalau semua biaya yang saya keluarkan sudah pasti ditanggung oleh pihak penyelenggara.

Ini bukan satu-satunya cara. Banyak jalan menuju Roma (again). Kalau kamu masih berstatus mahasiswa, kamu bisa ikut kegiatan pertukaran mahasiswa. Ada juga konferensi internasional yang bisa diikuti. Banyak juga yang sukses bepergian ke negara-negara lain dengan jalur beasiswa. Intinya, terus liat peluang yang ada dan manfaatkan sebaik mungkin untuk pengembangan diri.
There is a will, there is a way. And welcome to the world!




Sunday, July 17, 2016

"Mau jadi anak E-SE-DE"

Tujuh tahun yang lalu, tanyakanlah pada adik kecilku, apa cita-citanya. Dengan lantang dia akan mengatakan "mau jadi anak esede". Maksudnya adalah, dia mau masuk SD, menjadi anak yang bersekolah di SD.
Dia jelaskan dengan detil apa yang dia inginkan, SD mana yang dia kehendaki, dan apa saja yang akan dia lakukan ketika dia menjadi anak SD.

Tahun berlalu. Tahun ini adalah tahun kelulusannya dari SD yang dia inginkan.
Sama seperti beberapa tahun sebelumnya, sejak akhir masa kelas 5 dia selalu bilang kemana dia akan melanjutkan studinya. Apa yang akan dia lakukan kelak dan berharap seperti apa dia kemudian.

Setahun berlalu. Dia terus menghidupkan mimpinya. Besok adalah hari pertama dia masuk sebagai anak kelas 7 di sekolah yang dia inginkan.

Yes, selain bangga, saya menulis ini untuk memetik pelajaran darinya. Tentang mimpi dan keinginan.
Kita, memang harus selalu menghidupkan mimpi kita. Menyatakan ke dalam kehidupan nyata kita.
Coba bayangkan bila seorang anak kecil saja mampu seperti itu, maka seharusnya kita (SAYA, tentu saja maksudnya) juga mampu berbuat seperti itu.

I life my dream like you do, sist. Caiyooo..




Friday, June 24, 2016

Negeriku, Negeri Laskar Pelangi

Indonesia itu indah kawan, maka menjelajahlah!

Pernah baca novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata? Nah, itulah hebatnya menjadi penulis; dari sebuah tulisan di dalam bukunya, Ia bisa meningkatkan jumlah wisatawan yang datang di daerah yang diceritakannya.
Novel laris, kemudian di film kan. Film dengan sinematografi yang baik, ditonton jutaan orang, maka dapat dipastikan, lokasi yang masuk dalam cerita akan jadi booming kemudian.
Yaa, itulah yang terjadi dengan Belitung. Negeri indah di wilayah barat Indonesia.
Dahulu, Belitung adalah sebuah pulau yang terkenal dengan tambang timahnya. Namun hari ini, banyak yang kesana untuk mengunjungi pesona alamnya yang luar biasa.

Belitung secara geografis tidak jauh dari Jakarta, hanya berselang 40 menit dengan penerbangan langsung dari bandara Sukarno Hatta di Cengkareng. Jaraknya yang tidak terlampau jauh dari Jakarta inilah yang membuat Belitung banyak dikunjungi oleh warga Jakarta yang sekedar ingin short escape dari rutinitas sehari-harinya.

Banyak hal yang bisa dilakukan disini, melakukan wisata bahari atau mengagumi kekayaan budayanya. Bahkan kita juga bisa mengunjungi tempat-tempat dimana dilakukan shooting film Laskar Pelangi yang fenomenal pada jamannya itu. Namun dari kesemua itu, wisata bahari-lah yang menjadi highligt perjalanan saya dan teman-teman pada liburan bersama sebelum puasa kali ini. Kami menghabiskan sehari penuh untuk snorkeling dan berenang di laut serta bermain di pulau-pulau kecil yang cantik dan pantainya yang indah.
Laut yang mengelilinginya cenderung tenang karena berada di antara kepulauan. Pemandangan yang cantik dengan hamparan batu-batu besar di pantainya.

Dalam pertanyaan iseng, terbesit bagaimana batu itu bisa ada disana? Apakah pada masa jaman dahulu kala, Zeus yang memindahkannya kesana? Hahaha.. Pertanyaan konyol yang tidak perlu dijawab..
Yaa, begitulah kuasa Tuhan untuk keindahan bumi Indonesia.



Friday, April 22, 2016

My Life, My Adventure

Menelusuri jalan berbatu dengan dibonceng abang ojek naik ke puncak Tebing Kraton emang ga mudah. Jalanannya terjal. Pegangannya bingung. Ga pegangan, kemungkinan jatohnya akan lebih besar.
Hiiiii, syerem bin menegangkan deh.
Tapi, syerem mana dibanding dengan naik ojek menembus macetnya Jakarta?
Jakarta is the real adventure in my life. Sure*B-) cool

Pengalaman syerem plus uji nyali lainnya yang saya miliki lainnya adalah ketika mendatangi Curug  Sawer di kaki gunung Pangrango, Sukabumi. Perjalanan malam, jalan yang terjal-berliku-berbatu tanpa penerangan yang baik. Hanya bermodal senter dari power bank yang saya bawa. Deg-deg an antara jatoh atau dicolek mahluk 'tak berwujud. Hiiii... *:->~~ spooky
Ya, mahluk-mahluk tidak berwujud itu memang menyeramkan. Entah, apa sebenarnya yang menakutkan. Toh, kita tidak melihatnya. Pikiranlah yang menurut saya menyuruh kita takut akan benda tak berwujud tersebut.
Lalu, bagaimana dengan cerita pulang malam melewati jalan rawan begal? Mereka berwujud, dan nyata jahatnya. Tapi, terkadang saya pulang larut malam dan tidak menggubrisnya. Memilih menikmati hidup, atau bersilaturahmi dengan teman-teman hingga malam dan tetap pulang dengan beraninya. Yaaa, kadang berani dan nekat itu memang beda tipis. *:| straight face

Ada cerita perjalanan menegangkan lainnya. Yaitu ketika mencari camping ground di pelataran Curug Cijalu. Perjalanan ini menegangkannya, karena mobil yang kami kendarai harus menembus perkebunan teh, jalan berbatu tak berlampu penerangan. Gelap! Diperparah dengan tidak satupun orang di mobil itu yang tau jalan. Kemungkinan terjerumus ke dalam jurang sangat mungkin dialami. Lurus bukan berarti jalan yang benar karena mungkin saja ternyata di depan adalah jurang. Namun, kita tetap harus membuat pilihan, tetap maju atau mundur.
Pernah merasakan hal itu dalam kehidupan nyata?
Kalau saya sering. Hehe.. *:D big grin
Hidup itu penuh dengan pilihan. Ketika pilihan yang ada adalah tetap maju dengan segala resiko yang ada atau mundur dan menjadi pecundang, pasti milihnya maju doongg. Namun ternyata, majupun kita tidak tahu apa yang akan dihadapi di depan.
Be brave! Maju terus pantang mundur! Karena waktu tuh berjalan ke depan, ga ada yang mundur. Make it simple and enjoy your life like an adventures. *;) winking

Ahhhh,, yaa begitulah hidup *;) winking
Panik dan menegangkan ketika dijalani, namun manis dan indah ketika dikenang.
Kalau mau dikupas satu persatu, ada saja bagian dari hidup yang terasa seperti petualangan yang menegangkan. Bahkan mungkin lebih menegangkan dari petualangan itu sendiri.

Bagi saya pribadi, perjalanan hidup yang saya lalui setiap harinya adalah sebuah petualangan. Tidak melulu harus melakukan trip terlebih dahulu, lalu baru merasa bahwa kita telah menjalani sebuah petualangan nan menegangkan, seperti slogan dari sebuah acara jalan-jalan nan di sebuah televisi swasta, "My Trip My Adventure".
For me, my life is the real adventure. My trip is just make my adventure complete. So, I never compare my life to the another one. Just love it, just the way it is*:x lovestruck*:x lovestruck*:x lovestruck





Tuesday, March 22, 2016

Lilin Kecil


Ada kalanya kita menjadi seperti lilin yang menyala,
menyinari ruang gelap dengan membiarkan diri kita sendiri terbakar dan perlahan roboh.

Setelah itu? 
Ruangan itu tetap membisu dan tak mendengar pengorbanan sang lilin kecil sebagai penerang. 




Sunday, March 20, 2016

Dear God

Mungkin, yang pergi dengan kenangan indah itu CINTA,
Namun yang datang dengan komitmen itu JODOH.

Mungkin, yang menggelisahkan hati itu BERHARAP,
Namun yang menentramkan hati itu YAKIN.

Mungkin, yang tak bisa dilupakan itu MASA LALU,
Namun yang bisa kita ubah itu HARI INI.

Mungkin, yang menyesakkan dada itu CEMBURU,
Namun yang melegakan dada itu IKHLAS.

Memang berat untuk melupakan dirinya, yang pernah memberikan warna dalam hidup, yang pernah memercikkan cinta dalam hati. Namun, waktu yang akan menjawab.

Siapa belahan jiwa sebenarnya yang Dia anugerahkan untuk menjadi tempat yang halal untuk menambatkan hati juga
mengekspresikan segala warna cinta.

Ya Rabb Ya Tuhan kami…
Berilkanlah kami pasangan yang terbaik di sisiMu. Terbaik untuk urusan agama, urusan dunia dan akhirat kami.

Aamiin Ya Rabbal'Aalamiin

Friday, March 11, 2016

Kelimutu, Jauh di Mata masih di Indonesia


Kelimutu terletak di Desa Moni, beberapa puluh kilometer dari Kota Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Ya, danau 3 warna ini berada di Kelimutu National Park, sebuah taman nasional yang berada di Indonesia timur.

Danau 3 warna ini pada hakikatnya bukanlah danau, tetapi kawah yang berada di puncak gunung Kelimutu. Warna tiap-tiap danaunya adalah putih pucat, hijau kebiruan, dan merah. Namun pada saat saya kesana, danau yang berwarna merah, berubah warna menjadi coklat tua. Diyakini oleh penduduk sekitar, perubahan warna danau ini berhubungan dengan situasi yang akan terjadi, baik di sekitar danau tersebut atau secara global. Mereka meyakini perubahan kali ini bisa jadi karena akan ada fenomena gerhana matahari total yang melintasi Indonesia.

Masih berhubungan dengan kepercayaan penduduk sekitar, danau-danau ini dipercaya sebagai tempat berpulangnya arwah-arwah orang yang sudah meninggal. Pembagiannya berdasarkan usia, yaitu danau orang tua (berwarna putih pucat) dan danau untuk orang muda/ anak-anak (berwana hijau kebiruan) . Danau yang satu lagi, dipercayai menampung arwah orang-orang jahat (berwarna merah). Masuk ke area taman nasional juga tidak sembarangan, terlebih dahulu kita harus pamit dengan "penjaga" nya yang dipercaya juga sebagai gerbang masuk Kelimutu.

Bagi saya, perjalanan menuju Kelimutu adalah sebuah perjalanan panjang. Hmmm, sebenarnya tidak sepanjang itu juga sih, tidak sampai harus menyebrangi benua dan mengarungi tujuh samudra. Namun, perjalanan ke Indonesia bagian timur memang tidak sedekat di dalam peta. Juga tidak semudah men-scroll gambar-gambar instagram di HP dan menikmati keindahan dari segala penjuru dunia. Dapat saya singkat menjadi satu kalimat, yaitu : "Butuh effort."

Jadi, dari Jakarta ke Kelimutu, bandara terdekat yang harus dituju adalah bandara H. Hasan Aroeboesman di Ende. Jakarta ke Ende bisa transit di Denpasar atau di Kupang karena tidak ada penerbangan langsung dari Jakarta ke Ende. Dari Ende, kita harus ke Moni, desa terdekat dengan puncak Kelimutu. Selanjutnya kita bisa tracking ke puncak Kelimutu. Tertulis di peta 13KM. Tentunya jalur tersebut adalah jalur menanjak. Jika kita sewa mobil dari Ende ke Moni, tentu kita bisa minta diantarkan sampai ke pelataran parkir taman nasional. Selepas itu baru kita tracking menuju puncak Kelimutu.

Perjalanan dari parkir taman nasional ke puncak Kelimutu bisa ditempuh kurang lebih 45 menit sampai dengan satu jam. Itu estimasi waktu untuk saya yang berjalan santai dan sempat beberapa kali berhenti untuk istirahat. Tentu perhitungan waktu untuk tiap orang bisa saja berbeda. Jalanannya dalam kondisi baik. Bahkan di beberapa tempat yang mengharuskan kita menanjak, sudah ada tangga yang mempermudah kita mencapai puncak.

Dari Ende ke Moni, ada dua alternatif transportasi yang bisa diambil. Pertama, sewa mobil harian ataupun sewa lepas (hanya mengantarkan ke Moni) atau jalan kedua kita bisa naik angkutan umum. Kalau pilihannya adalah menggunakan angkutan umum, maka kita harus ke terminal terlebih dahulu, lalu naik bus antar kota tujuan Moni.

Jika kita pergi dalam grup, tentu lebih hemat dan efisien bila menyewa mobil secara harian. Sewa mobil bisa dilakukan di bandara H. Hasan Aroeboesman di Ende. Keluar dari bandara sudah banyak orang yang menawarkan jasa penyewaan mobil. Rata-rata mereka sudah bersepakat mengenai harga dengan sesamanya, jadi dari supir yang satu ke yang lain, harganya cenderung sama.

Balik ke judul di atas, dengan mengasumsikan tidak ada penerbangan yang delay, waktu transit yang cepat, langsung menemukan sewa mobil yang cocok, tidak ada hambatan jalan yang tertutup akibat longsor atau apapun kendala-kendala lain yang bisa saja muncul, perjalanan ini bisa ditempuh dalam waktu sehari penuh. Silahkan tambahkan tambahan waktu tersendiri untuk setiap hambatan yang muncul selama perjalanan atau kelebihan waktu akibat pilihan jalur yang memakan waktu lebih lama. Karena itulah, bagi saya Kelimutu itu jauh di mata, walaupun masih di Indonesia.



Menyesal pergi ke Kelimutu?
Sama sekali tidak!
Bahkan apabila ada kesempatan lain sehingga saya dapat mengunjunginya lagi, saya akan langsung packing dan bergegas pergi ke Kelimutu.
Because for me, Kelimutu it's so awesome!
Sebagai manusia, saya mengagumi keindahan cipataanNYA. Sebagai warga negara Indonesia, saya merasa beruntung Kelimutu ada di Indonesia *:x lovestruck



Saturday, February 06, 2016

Lelah Merindu

Kembali, aku memasukkan dirimu ke dalam kotak memoriku.
Cukup sudah seharian ini kau bermain-main di dalam pikiranku.
Jauh di ruang tersembunyi hatiku, memang masih ada kamu.
Namun realita tidak seperti harapan di dalam doa.
Hai kamu, sesungguhnya aku lelah merindu.

Saturday, January 30, 2016

Long Trip

Saya tinggal di Bekasi? Hal ini juga sudah diketahui hampir oleh semua orang yang mengenal saya. Bahkan banyak diantara mereka yang suka bergurau bahwa sayalah sang pemilik Bekasi. hahaha... Ya, ini seolah hanya sayalah warga Bekasi yang ada di muka bumi yang dikenalnya :P

Bekasi adalah sebuah kota satelit penyangga ibu kota Jakarta. Sebagian besar penduduknya bekerja di Jakarta. Begitupun saya. Bahkan dulu ketika sekolah dan kuliahpun, saya menjadi separuh Jakarta. Hal ini karena terlalu banyak waktu yang saya habiskan di ibu kota. Banyak yang bilang, sehari-hari "tua di jalan". Ya, bagi saya itulah seninya hidup ini.

Sebagai contoh, teman yang kost di sekitar kantor, hanya punya satu sampai dua kejadian yang bisa dia ceritakan dalam perjalanan ke atau dari kantor menuju kost-nya. Satu kejadian adalah tentang ketemu tetangga nyinyir yang kepo bertanya kemarin kemana hingga pulang larut malam. Kejadian lainnya adalah ketemu tukang bubur ayam tapi gagal sarapan karena sudah kehabisan. Bandingkan dengan saya yang menempuh kurang lebih 72 km setiap harinya dalam perjalanan pergi dan pulang kantor. Jarak ini belum ditambah bila pulang kerja mampir dulu menjauh dari Bekasi untuk bertemu kawan lama.

Scene pertama ketemu ibu-ibu yang ramai menyapa sambil tetep ngeriung depan abang tukang sayur. Scene kedua sapa menyapa dengan bapak satpam depan kompleks yang kadang sering berubah menjadi ibu kepo seperti cerita teman saya di atas. Scene ketiga seputar macetnya jalanan di depan pasar. Kadang scene ini bisa menjadi sebuah episode tersendiri jika ada kejadian-kejadian luar biasa seperti ban pecah, kecelakaan lalu lintas, atau hal-hal extra ordinary lainnya yang tidak secara rutin muncul. Lalu ada scene berbincang sejenak dengan abang parkir. Ada scene milih gerbong comuter yang lumayan lega biar bisa bobok santai. Scene ini bisa ada scene tambahan bila saya ketiduran di comuter lalu terlewati stasiun turunnya. Yahhhh, namanya juga manusia yaa, bisa aja khilaf kan yaa.. ;)
Lanjut scene ngojek melewati jembatan yang pernah putus karena banjir. Lalu scene lain-lainnya yang bisa saja muncul tanpa masuk dalam skenario sebelumnya.

Yaaaaa, memang panjang. Dan disitulah seninya menjalani kehidupan :D

Saya adalah penyuka travelling? Ya, saya sudah banyak yang tahu akan hal itu. Walau jumlahnya mungkin tidak sebanyak mereka yang tahu kalau saya tinggal di Bekasi :P

Sebagai penyuka travelling, bandara sepertinya adalah salah satu akses wajib yang harus didatangi bila akan bepergian. Maka kejadian ga kalah seru dan ga kalah panjang bisa saja tertulis disini. Hehe ;)

Bandara Sukarno Hatta itu letaknya di Cengkareng, Tangerang, Banten. Sebuah kota satelitnya Jakarta yang lainnya. Tangerang ini letaknya di barat Jakarta, berseberangan dengan Bekasi yang letaknya di timur Jakarta. Jadi secara cepat bisa dijelaskan kalau perjalanan saya dari rumah ke bandara adalah dari timur ke barat dan membelah Jakarta. Melewati tiga kota dan tiga propinsi. Yesss, ga salah baca kokk..
Saya memang menulis melewati tiga kota dan tiga propinsi!

Epic-nya adalah jika perjalanan yang saya lakukan itu merupakan penerbangan malam. Ya, saya sering melakukan penerbangan malam. Hal ini saya lakukan biasanya untuk memperpendek cuti. Jadi pada hari H, saya bekerja terlebih dahulu lalu baru pada malam harinya saya memulai perjalanan. Timur ke selatan. Ya, saya bekerja di selatan Jakarta. Lalu dari selatan ke barat. Menempuh jarak puluhan kilometer. Membawa koper atau ransel dan sejuta harapan. #eeaa #tsahhh

Yes that's the point. Bagi saya perjalanan adalah tentang pencapaian harapan dan merayakan kehidupan. Karena bagi saya kehidupan ini memang harus dirayakan. Jadi, sejauh apapun perjalanan, sesungguhnya perjalanan terjauh adalah perjalanan untuk pemenuhan harapan dan perayaan kehidupan itu sendiri.
#letscelebrateourlife

Friday, January 15, 2016

New me

Januari selalu menjadi saat yg tepat utk membuat sebuah resolusi. Bagi saya, bukan hanya karena Januari adalah bulan pertama dlm hitungan kalender, tapi juga karena di bulan inilah saya memulai hidup di usia yang baru.

Resolusi bagi saya adalah rencana, harapan, keinginan saya yg saya harapkan dapat terwujud pada tahun tsb.
Setiap tahunnya, selalu ada resolusi baru yang saya tambahkan dalam resolusi tahun sebelumnya. Penambahan item sebanding dg item yg sukses dilaksanakan pada tahun sebelumnya.

2015 sudah berganti. 2016 sudah berjalan selama 15 hari. Tapi belum ada resolusi tahun baru yg saya buat.

Bingung menentukan resolusi?
Sepertinya tidak!
Saya masih memiliki banyak harapan dan keinginan serta rencana-rencana hebat yg harus dilakukan agar keinginan tsb bisa terwujud.
Satu hal yang jelas mengapa saya tidak menuliskannya karena saya hanya ingin menjadi "seseorang yang baru" dengan semua yang terjadi di dalam kehidupan saya di usia yang baru ini.