Thursday, December 21, 2017

Review 2017

2017 akan berakhir dalam hitungan hari. Ahhh,,, ga berasa yaaa...
Makin tua aja dehh.. Hahaha..
Di saat orang-orang membuat resolusi tahun baru, saya lebih suka me-review apa saja rencana saya yang sudah berhasil saya laksanakan dan rencana apa yang perlu direvisi.
And here is it,,,

1. Alhamdulillah, thank God udah kesampean liat salju dan pegang langsung.
Sebagai orang Indonesia yang lahir dan besar di daerah tropis, ngeliat langsung salju adalah cita-cita dari dulu. Tahun ini akhirnya bisa ke Harbin dan liat festival salju. Bahkan pas di Harbin, bisa mainan lempar-lempar salju segala di taman kotanya. Ini adalah pengalaman yang berharga.
Sebelumnya udah pernah ngerasain winter di Seoul. Tapi ga sukses liat dan mainan salju kayak di Harbin. Jadi, wish list liat salju baru mulai saya hitung terlaksana di tahun ini. Bukan di tahun sebelumnya pas saya ke winter an di Seoul.

2. Sampai juga di Great Wall of China dan Museum Teracotta.
Sebagai seorang yang suka jalan-jalan, saya suka sekali melakukan perjalanan ke tempat-tempat bersejarah. Saya punya beberapa nama situs warisan dunia yang dicatat dalam UNESCO world heritage yang masuk dalam wish list tempat yang harus saya kunjungi before I die. Jadi, mengunjungi Great Wall of China dan Museum Teracotta ini menambah jumlah tempat yang sudah saya kunjungi dalam list tersebut.

3. Berhasil menambah pengalaman keluar negeri gratis dan memperbagus CV.
Alhamdulillah banget. Semoga ke depannya makin banyak lagi tempat yang saya datangi dan kegiatan yang bisa saya ikuti secara gratis. Aamiin.

Sepanjang tahun ini banyak kejadian up and down yang membuat saya berpikir kembali untuk merencanakan masa depan saya. Ada beberapa hal yang akhirnya saya pikir ulang. Mundur selangkah lalu membuat lompatan saya rasa lebih bijaksana daripada memaksakan terus maju ke depan dan nyemplung ke selokan.

Semoga tahun 2018 saya menjadi pribadi yang lebih baik daripada hari ini.
Semoga cita dan cinta yang saya inginkan di ijabah sang Pemilik Hidup ini.
Aamiin.


==============
21 Desember 2017,
Raya Tengah di saat hujan,
Di pertengahan minggu yang syahdu,
Sore menjelang pulang.

Semoga tahun depan di waktu yang sama,
Tulisan review 2018 bisa saya tuliskan dari belahan dunia lainnya.
Aamiin.


Monday, December 11, 2017

Hutang Maaf

Hai, nama saya Triana Komalasari.
Saya adalah orang yang mudah beradaptasi di suatu komunitas dimana saya berada. Karenanya, saya punya banyak teman.

Menurut teman-teman saya, saya menyenangkan. Saya ringan tangan untuk membantu melakukan sesuatu bagi mereka, pendengar yang baik, dan humoris. Sounds good yaa saya ini ☺
Bentukannya pasti OK banget!

Sekedar informasi, saya adalah manusia biasa juga. Kadang, ego saya keluar. Saya, bisa begitu selfish nya. Saya bisa tidak mau membantu orang lain. Saya bisa saja malas mendengarkan orang-orang curhat ke saya. Dan saya bisa menjadi orang yang menyebalkan, jauh dari deskripsi humoris dan menyenangkan. Walaupun hal tersebut jarannggg sekali terjadi sepanjang hidup saya, tapi itu pernah terjadi.

Ada saat ketika saya begitu menyebalkan, alih-alih berbuat sesuatu hal yang lucu, saya malah ikut serta membully seseorang. Seseorang yang tidak pernah berbuat buruk kepada saya. Seseorang yang malah kagum terhadap saya dan menjadikan saya sebagai panutannya.

Saat itu saya kesal bukan kepalang. Anak ini, yang menyebalkan menurut teman-teman yang lainnya, terus mengikuti saya dan melakukan hal-hal yang juga saya lakukan. Saya merasa terbebani olehnya. Bahkan, saya merasa terteror saat itu.

Sesungguhnya, saya menyesalinya. Namun permohonan maaf itu tidak pernah terucap karena saya tidak pernah lagi melihatnya. Ada hutang maaf yang harus saya ucapkan.

Waktu berlalu, detik bergulir terus. Dua dekade setelah kejadian itu, saya masih mencari berita tentangnya.
Bukan. Bukan untuk kembali membully nya seperti sangkaan teman-teman semuanya. Tapi untuk mengucap sebuah kata maaf yang dulu tidak pernah terucap. Saya bahkan sudah tidak punya hasrat dan tenaga lagi untuk mencela andai saja dia ada di depan muka.

Untuk sebuah kata maaf.
Untuk sebuah rasa yang pernah ada.
Untuk cerita yang tidak pernah berani saya karang akhir kisahnya.
Terimakasih sudah memaafkan. Sungguh, itu sangat berarti bagi saya saat ini.

Hari ini, 11 Desember 2017. Saya, Triana Komalasari, akan menuliskan akhir dari cerita yang pernah ada. Tidak, saya tidak mengarangnya. Tapi saya membayar lunas hutang maaf saya kepadanya.
Terimakasih telah memaafkan saya ☺

Wednesday, October 11, 2017

Mom's Birthday

Ada kata yg tak terucap.
Ada rindu yg tak terjawab.
Dalam bait doa, semoga cinta terus tercipta.

Terimakasih Tuhan karena telah meniupkan ruh pada perempuan pahlawan ini 63 th yll.
Terimakasih karena menjadikan ia sbg ibuku.

Kini, jagalah dia seperti beliau menjagaku dulu semasa kecil.
Titip rinduku yg membuncah padanya.
Katakan jg padanya bahwa aku baik2 saja.

Terimakasih Tuhan, aku tau Engkau Maha Baik.





Thursday, October 05, 2017

Friends of Mine

Kalau kamu mau tau seperti apa seseorang, liat saja teman2 nya.
Teman adalah cerminan.

Jadi, siapa bilang ga boleh milih2 teman?
Justru kita harus memilih teman yg bisa bersinergi baik dg kita.
Menjadikan kita org yg makin baik setiap harinya.
Yg bukan hanya bersama mereka kita bisa move on tapi jg bersama mereka kita terus move up.

I love you friends 😘😘
Love you to the moon and flying together with love.
Because of you all, I believe I can fly 💃🐣🐦

Tuesday, August 01, 2017

The Great Wall of China




Siapa yang tidak tahu ’The Great Wall of China?’ Mengunjunginya pada musim dingin mungkin bukan pilihan terbaik bagi orang yang lahir dan besar di daerah tropis. Udara dingin yang berembus menyentuh tengkuk bisa terasa menusuk tulang. Untuk menghindari suhu dingin tersebut saya pun memilih ‘Badaling Section’ yang bisa dicapai dengan ‘Cable Car' sehingga tak perlu berjalan panjang melawan suhu yang berkisar minus 4 hingga 0 derajat Celcius.

Dari lima titik paling populer The Great Wall yang dapat dikunjungi--Badaling, Mutianyu, Jinshanling, Huanghuacheng, dan Simatai--‘Badaling Section’ adalah bagian yang paling banyak dipilih wisatawan karena kemudahan akses. Namun, sisi baik mengunjungi pada musim dingin adalah tidak terlalu banyak turis datang sehingga kita bisa lebih leluasa mengeksplorasi dan menikmati pemandangan serbaputih akibat salju yang turun.

Anyway, sudah follow @iwashere_id ?
Foto dan tulisan ini, bisa kalian liat dst jg yaa :)



Friday, July 28, 2017

Lebaran 1438H journey

Ga terasa bulan Syawal berlalu, padahal pengalaman lebaran kemarin blom sempet ditulis. Hehe.. ☺

Jadi, lebaran kali ini adalah lebaran pertama di Tambun. Sebenernya biasa aja sih, sama seperti lebaran-lebaran sebelumnya. Tapi overall memang ada yang berbeda dalam lebaran kali ini. Antara lain yaitu:
- Kita solat Ied di masjid deket rumah. Iya, beneran di masjid, bukan di jalanan seperti yang biasanya dulu masih di Kebalen. Atau jaman di Cakung, di jalanan dan peron stasiun. Solat Ied disini, ga serame itu. Jadi kita bisa solat di masjid.
- Masih banyak orang yang keliling halal bihalal. Padahal tetangga disini orangnya lebih sedikit.

Lebaran kali ini juga beda karena gw dan Puspa ikutan mudik ke Malang. It means 836 km away from home. 39 jam perjalanan pergi dan 30 jam perjalanan pulang.
Capek! Pegel! Iya pake banget yang jelas. Hahaha 👀
Pulang-pulang langsung pijit. Badan udah ngejerit soalnya.✋
Actually, this is my first lebaran road trip. A very long journey.

Sebenernya waktu efektif buat jalan-jalan selama di Malang cuma 2 hari. Hahaha, iyalah. Lamaan waktu yang dipake buat diperjalanan. Gapapa dehhh, nyobain mudik lebaran jauh. Siapa tau aja nanti punya mertua yang harus disamperin pake acara mudik gini. Jadi, itung-itung belajar. Hihihii.. ☺

Hari I:
Hari ini seharian kita di museum angkut.
Selama libur lebaran, HTM ke museum angkut adalah Rp 100.000,-.
Museum ini isinya segala macam jenis angkutan dan ceritanya tentang angkutan tersebut. Yang menariknya justru di museum ini banyak spot lucu yang bisa dipakai sebagai background foto. Jadilah museum ini seperti studio foto yang sangat luas bagi para pengunjungnya.
Andai aja gw dateng pas ga musim libur lebaran kayak gini, pasti bisa dapet banyak banget foto bagus. Sayangnya ini liburan, jadinya foto gw banyak foto bom nya. Hikss...


Seharian disini puas juga sih.. Bisa narsis!
Kocaknya adalah, kita susah buat pulang. Ga nemu gocar or ojek or taksi karena macet. Grabcar harganya mahaaalll buangettt. Akhirnya kita jalan jauh dulu sebelum naik grabcar biar lebih murah. Hahaha


Hari II
Rute hari ini: kampung Tridi, Jodipan, Sengkaling Kuliner, Sengkaling Water park, Alun-alun Malang.
Rutenya muterin kota. Hahaha..

Kampung Tridi dan Jodipan ini senada sejiwa. Kampung yang dicat warna warni dan banyak gambar yang bisa dijadikan sebagai background foto. Hahaha, lagi-lagi foto, yaa
Lucunya, kampung ini dulu termasuk daerah kumuh di kota Malang. Menarik! Ini membuktikan, dengan penataan yang baik, kampung yang tadinya kumuh bisa menjadi objek wisata.


Sengkaling kuliner adalah sebuah pujasera yang dikelola oleh UMM.
Not bad. Harga murah, enak. Makan jadi puas rasanya.

Sengkaling Water Park ini sebenernya ada tempat bermainnya juga. Ga cuma kolam renang aja. Jadi disini ada kolam renang, arena bermain, mainan anak2, ayunan, jungkat jangkit, bombom car, taman, photo both, kantin, dll. Tempat wisata keluarga yang juga dikelola oleh UMM.
Sayangnya kami tidak punya waktu terlalu banyak untuk mengeksplore tempat ini. Karena tujuan kami sebenarnya memang untuk berenang.
Iya, berenang!
Hahaha, bayangin aja, dingin-dingin berenang di kolam air dingin. Giiiimaanaaa gitu.....


Setelah malam, kami melanjutkan perjalanan ke alun-alun kota Malang. Seperti yang saya sebut di atas, ini rutenya memutar. Iya, sebenernya kami salah rute. Tapiii, yaa sudahlah
Alun-alun kota Malang itu sebenernya deket dengan kampung Tridi dan Jodipan itu tadi, ketimbang dari Sengkaling.
Yaaaa, namanya kita juga turis, Jadi ga tau jalan mah sahh aja yaa..
Disini kita ga ngapa-ngapain. Kita cuma mau foto yang ada tulisannya Malang. Penting banget soalnya!
Hahaha ☺






Sunday, May 07, 2017

BPJS - Budget Pas-pas an Jiwa Sosialita

Sejak merebaknya media sosial bahkan dikalangan anak-anak dan remaja, seolah hidup tidak semudah dan se-simple dulu lagi. Dulu, hidup yang kita jalanin, yaa kita yang tau dan kita yang rasain sendiri. orang-orang pada 'ga tau. Kalo sekarang, di era sosial media ini, hidup yang kita jalanin pasti dinilai dan dikomentari oleh orang lain. Pasti itu! Karena semua kehidupan kita terpampang jelas di sosial media. Sosial media yang kita miliki seolah jadi etalase bagi kehidupan yang kita jalani, bahkan kehidupan yang sifatnya pribadi dan rahasia. Bisa dibilang, itulah konsekuensi yang harus kita jalani demi sebuah "kemajuan tehnologi".

Parahnya, terkadang sosial media juga dijadikan sebagai tempat untuk memamerkan kehidupan "sempurna" yang menjadi harapan banyak orang. Kaya raya, keluarga bahagia, liburan ke berbagai negara, barang-barang mewah, dan hal-hal lainnya menjadi hal yang lumrah untuk dipajang di sosial media. Bahkan ada juga kecenderungan untuk berlomba-lomba mengungah gambar yang dapat mendulang banyak like dari followers nya. Kadang, hal ini membuat orang yang berpenghasilam pas-pas harus berpikir panjang untuk mengakali agar tetap bisa eksis bak sosialita di sosial media.

Jika ia kreatif, ia bisa saja malah menjadi selebgram, atau apapun istilah untuk itu. Tapi yang gawat adalah mereka yang salah langkah dalam hal ini. Beberapa waktu belakangan ini, ramai pembicaraan mengenai perempuan yang menipu teman-temannya demi bisa traveling ke luar negeri dan eksis di sosial medianya. Ada pula yang menipu dengan modus tiket murah, tapi malah menggunakan uang yang didapatkannya untuk dirinya sendiri. Untuk pergi mengunjungi pacarnya yang berada di luar negeri. Miris! Ya memang. Parahnya, itu bukan satu-satunya cerita yang ada. Ada banyak kasus serupa.

Sebenarnya, sosial media baik untuk kita jika kita dapat memanfaatkan nya dengan baik. Kita dapat tau segala informasi dengan cepat dari sosial media yang kita punya. Tapi kehidupan kita yang sejatinya bukan di dalam sosial media kita tersebut. Kita punya kehidupan nyata yang harus kita jalani dengan baik. Ibarat kata, sosial media adalah bonus yang diberikan kehidupan untuk manusia masa kini. Jadi, jangan pernah menjadikan diri kita terikat erat dengan sosial media, atau malah menjadi "budak"-nya.


foto diambil dari internet

Di bawah ini saya akan memberikan tips agar kita tetap bisa aktif di sosial media. Sewajarnya, tapi tetap dengan gaya yang berkelas.

1. Jalani hidup kita seutuhnya di dunia nyata, bukan di dunia maya.
Contoh; kalau pelajar, bersekolahlah dan belajarlah dengan baik. Hasilkan nilai yang baik. Ikuti kegiatan yang disukai dan berprestasilah disitu. Jadi, orang akan mengenal kita dari prestasi kita. Postingan di sosial media juga keren: Menjuarai sebuah lomba atau bintang kelas dan siswa berprestasi. Sekalinya posting, pasti banyak yang like. Daripada posting sehari berkali-kali tapi nyampah, kan? Followers juga pasti akan bertambah dengan sendirinya. Mereka yang suka akan prestasi kamu.

2. Hidup sederhana semampunya kita aja. Ga usah maksain sesuai standar sosial media. Karena memang ga ada standar bakunya, dan standar itu berubah terus setiap waktunya sesuai dengan jaman. kebayang kalau kita terus mengikuti standar ini.
Pahamilah, apapun postingan yang kamu unggah ke sosial media kamu, pasti akan ada pro dan kontra. Akan tetap ada yang nyindir dan ga suka. Jadi, ga perlu maksa! Hidup kamu ya kamu yang rasa. Nikmati saja, ga perlu di bawa baper.

Cukup 2 itu saja.Tapi bila dijalaninya dengan konsisten, kelak hidup kamu akan lebih bahagia karena ga ada beban kehidupan yang sebenarnya ga perlu dan memang ga ada. Hidup itu memang ga mudah, tapi percayalah, tidak sesulit yang kamu bayangkan. "Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan." (Q.S Al Insyirah: 5).



Thursday, March 30, 2017

Ngamen Ondel-ondel

~ foto diambil dari internet ~


Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Dewasa ini ondel-ondel juga digunakan untuk menyemarakkan pesta-pesta atau penyambutan tamu terhormat. Ondel-ondel ini memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucu atau penduduk desa. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan.*

Ondel-ondel adalah merupakan boneka besar dengan tinggi sekitar 2,5 meter, dengan garis tengah lebih kurang 80 centi meter, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan agar mudak dipikul dari dalam oleh orang yang menjalankannya. Bagian wajah berupa topeng dengan warna merah atau putih, serta rambut yang terbuat dari ijuk. Pertunjukan ini biasanya dibarengi dengan pertunjukan musik sebagai pengiringnya.

Sedianya, ondel-ondel memang dimainkan pada acara perayaan atau di dalam pesta rakyat. Namun pada kenyataannya, beberapa waktu belakangan ini, saya selalu saja menemukan rombongan ondel-ondel keliling dalam perjalanan pulang dari kantor saya di bilangan Condet, Jakarta Timur. Ya, sepertinya sekarang musimnya ondel-ondel itu berkeliling, ngamen untuk menyambung hidup dari para seniman ondel-ondel.

Dilemma memang, di satu sisi kita harus terus melestarikan budaya dan meningkatkan kualitasnya, namun di sisi lain, perkembangan masyarakat itu sendiri makin mengikis budaya asli masyarakatnya. Dalam cerita ondel-ondel ini, orang-orang yang akan melakukan hajatan, entah menikahkan anaknya atau juga acara besar lainnya, mereka lebih memilih memanggil orkes dangdut ataupun organ tunggal daripada ondel-ondel. Ada sebagian orang  yang melihatnya dari segi biaya, mendatangkan orkes dangdut atau organ tunggal tentu saja lebih murah daripada mendatangkan ondel-ondel lengkap dengan rombongan musik pengiringnya. Ada juga yang memilih karena alasan lebih populer dan disukai oleh warga sekitar tempat hajatan tersebut akan dilangsungkan.

Jika hanya satu atau dua orang saja yang berpikiran seperti ini, mungkin ondel-ondel masih akan terus eksis sampai saat ini. Namun kenyataannya, hampir semua orang justru tidak memilih ondel-ondel dengan berbagai macam alasan. Ada karena alasan ekonomis atau popularitas seperti yang saya kemukakan di atas, ada juga karena ikut-ikutan dengan orang lain. Biar lebih kekinian, maka mereka memilih untuk nanggap orkes dangdut atau organ tunggal daripada ondel-ondel.

Hasilnya, saat ini akhirnya lebih banyak ondel-ondel yang diajak ngamen keliling oleh seniman ondel-ondel. Sebagai manusia yang memiliki kebutuhan manusiawi sama seperti yang lainnya, hal yang dilakukan oleh para seniman ondel-ondel ini masuk akal. Mereka harus mempertahankan hidupnya, di satu sisi mereka juga mempertahankan keberlanjutan ondel-ondel sebagai sebuah kebudayaan.

Pertanyaan berikutnya adalah, apakah hal ini dapat berlangsung terus menerus seperti itu atau malah hal ini menimbulkan fenomena sosial baru yang meresahkan?
Bayangkan saja, boneka besar berjoget di sepanjang jalan. Menghambat laju lalu lintas di jalan yang dilaluinya pastinya. Namun untuk melarangnya, selama belum ada solusi terbaik, rasanya malah justru mematikan budaya ondel-ondel itu sendiri. Selain tentu saja berbuat zholim karena melarang orang lain mencari nafkah secara halal.


source: *https://id.wikipedia.org/wiki/Ondel-ondel

Monday, March 27, 2017

Trinity The Nekad Traveler, Film tentang Seni Melakukan Perjalanan

Dari mulai film Trinity The Nekad Traveler ini dipromosikan, saya dan teman-teman sudah berencana untuk menontonnya bersama. Namun karena waktu yang tidak pernah sinkron, baru weekend inilah kami dapat menontonnya.

Bagi saya pribadi, Trinity adalah salah satu orang yang menjadi inspirasi saya dalam melakukan perjalanan.
Sebagai "mbak-mbak kantoran", apa yang dirasakan oleh Trinity dulu, juga saya rasakan. Waktu cuti yang terbatas, deadline kerjaan, dan uang sebagai modal untuk melakukan perjalanan. Namun disinilah seninya menjadi seorang traveler. Traveler itu, harus bisa menyiasati semua halangan yang ada demi terlaksananya perjalanan. Jadi, unsur petualangan sangat kental disini.


Film ini disutradarai oleh Rizal Mantovani, dan Maudy Ayunda sebagai tokoh utamanya. Selain Maudy Ayunda sebagai Trinity, ada deretan artis terkenal sebagi pendukung film ini, antara lain adalah; Hamish Daud, Rachel Amanda, Anggika Bolsterli, Babe Cabita, Ayu Dewi, Cut Mini, Farhan, dan lain-lainnya.
Oiya, di film ini, kita juga akan melihat aslinya Trinity, lohh...

Menurut saya, film ini menggambarkan dengan baik seninya menjadi seorang traveler. Bagaimana mengatur waktu perjalanan dan menyiasatinya dengan cuti yang terbatas. Bagaimana membuat budget perjalanan sehemat mungkin sehingga perjalanan yang direncanakan bisa terlaksana dengan aman, nyaman dan mengesankan. Ada tips-tips praktis dalam melakukan travelling yang juga disisipkan di dalam film ini.
Satu yang saya selalu jalankan adalah; mengambil kartu nama hotel tempat kita menginap.

Film ini juga tidak monoton di segi cerita yang disampaikannya, ada unsur percintaan dan cerita sahabat yang divisualkan dengan baik. Sepanjang film, kita akan disodori oleh pemandangan di beberapa destinasi wisata yang memanjakan mata penontonnya.
Untuk saya, hal ini membuat saya ingin pergi juga ke tempat yang belum saya kunjungi yang ada di film ini.
Hehe, mari kita masukkan ke dalam bucket list must visited *;;) batting eyelashes

Secara keseluruhan, film ini akan saya beri point 8 dari 10. Saya suka semua hal yang ada di film ini.
Yang menyebabkan film ini menjadi tidak mendapat nilai sempurna 10 adalah karena penilaian subjektif saya sebagai penonton yang sudah menikmati karya Trinity dalam versi buku terlebih dahulu. Itu saja. Sehingga, saya mengharapkan, Trinity divisualkan dengan sosok yang lebih gagah dan mandiri. But overall, saya suka film ini dan menantikan buku lain Trinity untuk di film kan kembali.



Sunday, March 12, 2017

Goes to China

Yes, I did it!

Finally, awal Januari ini sukses liat salju!

Sebelumnya, awal tahun 2016, saya dan Fatima, teman saya, back to Seoul dan sekitarnya. Niatnya winter-an liat salju. Tapi ternyata ga ada salju disana. Selama 5 hari kita di Korea, liat salju (atau es, lebih tepatnya) yaaa pas di tempat ski. Dan berhubung ski itu mahal, jadilah kita cuma fotoan aja disitu. 😂😂😂

Maka kembalilah saya merencanakan winter trip berikutnya. Sebagai pengganti si winter trip yang mendekati gagal itu. Winter trip kali ini rencananya lebih ke utara. Tujuannya biar ga nanggung. Jadi memang sengaja cari lokasi yang pasti ada salju.
Harbin. Yes, HARBIN!
Pasti ada salju disana. Karena setiap tahunnya, di Harbin ada festival musim dingin; jadi akan ada festival salju dan festival es. Maka jadilah tujuan kita winter-an kali ini ke China.

Kenapa China?
Ini lebih ke faktor ekonomis aja, sebenernya. Sebelumnya, saya memutuskan mencari lokasi yang lebih ke utara, yang terjangkau dengan tabungan yang ada. China bagi saya juga merupakan negara yang ingin sekali saya kunjungi. Sejak saya suka sejarah, sejak saya tau China adalah salah 1 negara yang mempengaruhi kebudayaan dunia, sejak saya tau rute jalan sutra, sejak saya membaca kisah pembangunan Great Wall, sejak saya suka kisah Legenda Ular Putih, sejak pengen banget ketemu Yoko, sejak liat film Mummy yang shootingnya di China, sejak dulu sih pastinya. Jadi ini semacam melaksanakan bucket list; must visit.

Xi’an, Harbin dan Beijing adalah 3 kota di China yang saya kunjungi dalam trip kali ini. Kenapa 3 kota ini?
Jadi, ke China tanpa ke Great Wall dan ke Terracotta Wariors Museum itu bagi saya laksana kita pergi ke Mesir tanpa liat Pyramid atau ke Paris tapi ga ke Eiffel Tower. Atau kayak sayur ga digaremin; enak tapi tetep aja ga lengkap. So, mumpung ke China, Xi’an dan Beijing ga mungkin saya skip.
Harbin? Ya namanya juga ini winter trip yaa, jadi ya ke festival musim dingin di Harbin dong pastinya.

Rute saya selama winter trip ini adalah:
Bekasi – Cengkareng – KL – Xi’an – Harbin – Beijing – KL – Cengkareng – Bekasi.

Dari Cengkareng ke Xi’an dan dari Beijing balik ke Cengkareng, saya naik Air Asia. Dapet tiket murah karena lagi promo. Tapi ga murah-murah banget sih, ada teman yang dapet lebih murah soalnya.
Dari Xi’an ke Harbin, saya naik China Southern Airlines. Maskapai fullboard. Ga dapet harga murah. Mungkin karena belinya juga udah mendekati hari H. Dan waktu yang saya pilih adalah musim liburan. Jadi harga yang saya keluarkan bahkan lebih mahal dari tiket PP Indonesia – China yang saya beli sebelumnya di Air Asia.


Xi’an

Ngapain aja di Xi’an? Kemana aja? Ada apa disana?
 
Xi’an yang saya tau adalah sebuah kota kuno. Kota yang sudah sejak lama ada, bahkan merupakan pusat pemerintahan China di jaman dulunya.

80% wisata di Xi’an adalah wisata sejarah. Ada Terracotta Wariors Museum disini, ada Bell Tower of Xi’an, Xi’an City Wall, Titik 0 KM Jalan Sutra dan lain-lain hal yang berhubungan dengan sejarah China, juga sejarah peradaban dunia. Bahkan wisata kuliner yang saya lakukan disini pun berhubungan dengan wisata sejarah. Tempat yang terkenal untuk wisata kuliner ada di daerah Muslim Street. Kawasan ini dekat dengan Great Mosque of Xi’an. Masjid raya yang sudah berusia ribuan tahun, dan masih digunakan untuk ibadah sehari-hari kaum muslim itu sendiri. Selain tentu saja dibuka untuk wisata sejarah bagi umat beragama lainnya.
Oiya, untuk muslimin yang masuk ke Great Mosque of Xi’an ini gratis. Tapi untuk umat beragama lain, tiket masuk adalah 15 Yuan.

Saya cuma 2 hari aja di Xi’an.

Hari I
1)    Xi’an City Wall, 2) Bell Tower, 3) Keliling pusat perbelanjaan (sesungguhnya kami ‘ga belanja, Cuma sekedar menghangatkan tubuh aja, kokk.. hahaha), 4) Muslim Quarter, 5) Great Mosque of Xi’an, 6) Muslim Street.
Rute ini saya jalani seharian, dari jam 10 AM keluar hostel, balik ke hostel jam stgh 10 malam.

Hari II
Terracotta Wariors Museum!
Iya, hari ini cuma 1 lokasi aja. Soalnya perjalanannya juah dan saya harus cari jejak untuk bisa kesini. Feel free to get lost deh pokoknya. Hahaha...
Episode ke Terracotta Wariors Museum itu jadi cerita panjang tersendiri tentunya!




Di hari saya ke Terracotta Wariors Museum, saya harus terbang ke Harbin di malam harinya. Saya sudah janjian dengan Fatima disana. Dia menyusul saya ke China di hari berikutnya dengan Malaysian Airlines dan langsung menuju Harbin.


Harbin

Saya ke Harbin naik China Shouthern Airlines. Ini penerbangan fullboard, jadi mahal. Saya sendiri ga rekomen maskapai ini. Bukan Cuma karena mahalnya aja sih, maskapai ini ga ada check in online-nya. Padahal antrian check in nya aduhaiii dehh.. Antriannya semrawut! Lama! Gak terkoordinasi dengan baik. Padahal saya masih harus masuk bagian pemeriksaan bandara Xi’an yang berlapis-lapis. Hikkss, pake acara lari-larian, jalan jauh dan masuk pesawat terengah-engah. Dapet tempat duduk paling belakang. Kursi di depan saya ga sopan karena mundurin bangkunya sampe mentok. Bikin saya ngerasa sumpek banget. Hal ini diperparah dengan seringnya saya kesikut ama orang-orang yang ga berhenti-hentinya ke toilet. Makkkk! Ampuunn!

Saya ga mau cerita lebih banyak tentang kekecewaan saya terhadap maskapai ini. Masih banyak daftar kekecewaan saya sebenernya, tapi biarlah ini menambah kisah saya dalam perjalanan kali ini. Namanya perjalanan kan emang gitu, there is always good and bad side in the same times.

Saya sampe di Harbin tanggal 3 dinihari. Cuma punya waktu yang seharian penuh, yah pas di tanggal 3 itu aja. Tanggal 4 siang udah harus ke Beijing.
Agak memaksakan ya?!
Saya rasa juga gitu. Apalagi dengan semua biaya yang harus saya keluarkan dalam perjalanan ke Harbin ini. Kok, saya kayak ngerasa “ga sebanding” aja.

Tapi ketika saya mikir lagi untuk berada berlama-lama di suhu minus tinggi, kok yahh jadi ketar ketir sendiri mikirinnya yaahh..
Alhasil? Yah itulahh..
Saya cuma sehari explore Harbin.
Untungnya di Harbin memang tidak terlalu banyak spot yang bisa diexplore. Semua yang jadi highlight disini adalah tentang salju, es, dan musim dingin. Dan itu ada di satu lokasi yang disebut Sun Island. Tapi jangan harap matahari bersinar cerah ceria di Pulau Matahari ini yah. Apalagi pas musim dingin.😆

Karena datengnya udah dinihari, kita baru keluar penginapan di jam 11 siang.
Udah lapar karena dari semalem gak makan. Jadi, kita cari makan dulu. Lucunya, kita malah makan makanan Korea. Hahaha 😋😁



Di Harbin:
  • Saya ke Sun Island dan mengunjungi 1) Snow Sculpture Festival, 2) North Pole, 3) Ice World Festival. 
  • Sophia Church; karena ini Gereja, jadi kita fotoan di depannya aja. Itu aja udah seneng banget. Berasa ke Rusia, gitu. Soalnya arsitekturnya Sophia memang mirip banget gereja-gereja di Rusia. Ga heran sih, Harbin itu kan daerah utara China yang memang berbatasan dengan Rusia.
Yang jelas selama di Harbin, kita tuh seneng banget karena bisa ngeliat salju yang banyak dan berserakan di taman-taman dan jalan-jalan. Bahkan foto-fotoan di taman aja, udah happy. Maklum ajalah yaa, kita kan anak daerah tropis yang dari lahir ga pernah ngeliat salju.

Disini banyak orang baik. Setidaknya, disini kita sering ditolong sama orang-orang baik yang dengan sukarela membantu. Ada polisi yang baik hati ngasih tau jalan walau bahasa Inggris nya gubrak banget. Hahaha
Ada pula Tao, mahasiswa yang mukanya boros. Sumpah, saya kirain seumuran ama kita. Hahaha
Tapi dia baik banget. Nganterin kita keliling nyariin Ice World Festival dan Gereja Shopia. Bantuin nolak-nolakin tukang dagang yang pada maksa di depan Ice World Festival. Sampe bayarin bis pass keluar dari Sun Island karena kita ini adalah turis yang kliwat gaya dan ga punya recehan 1 Yuan buat bayar bis. Ouch..
Sayangnya foto kita bertiga sama Tao ngeblur gitu. Andai aja bagus, saya bakalan pasang deh.



Ada beberapa hal sebenernya yang gagal untuk dilakuin di Harbin. Antara lain adalah foto-foto bertabur salju atau tiduran di salju. Hahaha.. Iya, saya norax!


Beijing

Sampe di Beijing udah malem. Yang dilakukan Cuma nyari hotel yang udah kita booking sebelumnya dan istirahat. Persiapan diri untuk perjalanan besoknya.

Selama di Beijing kita nginap di Spring Time Hostel. Lokasinya ga jauh dari stasiun metro. Sebelah pintu keluarnya persis. Dari segi lokasi, it is in a good location. Kita ga perlu jalan jauh-jauh untuk mencapai stasiun metro. Walau ini hostel, tapi kamar dan pelayanannya OK. Harganyapun murah. Saya rekomen hotel ini buat tempat menginap kalau ada orang yang tanya rekomendasi penginapan di Beijing.

Hari kedua di Beijing, kita ke Great Wall. Yeayyy!
Great Wall, We are coming. Hahaha.. #lebay

Kita ke Badaling Section, Great Wall. Konon jalur inilah yang termudah. Seru!
Mungkin perjalanan ke Great Wall ini akan saya tuliskan dalam cerita tersendiri.

Karena ini musim dingin, saya kedinginan banget selama di Great Wall. Soalnya pas kita di Great Wall, pas hujan salju turun juga. Kita bahkan sempet ngalamin jarak pandang yang sangat pendek, ga kliatan apa-apa, palingan cuma sebatas 2 meter ke depan aja.
Jadi saran saya, kalo mau puas fotoan narsis, datanglah ke Great Wall pada 3 musim lainnya selain musim dingin.



Hari ketiga di Beijing kita ke; 1) Forbiden City, 2) Tiannamen Square dan pergi belanja oleh-oleh setelahnya sampe malem.

Ada kejadian lucu bin deg-deg’an di hari ketiga kita di Beijing. Dalam perjalanan dari Forbiden City ke Tiannamen Square, kita sempet “nyasar” karena sotoy ngikutin petunjuk peta yang kita ambil dari hotel. Alih-alih mencoba menikmati perjalanan, kita fotoan di jalanan yang lucu dan keren untuk di foto. Tapi ga’ sampe 50m dari tempat kita foto, kita di stop sama tentara yang lagi jaga di depan gedung yang menurut pengamatan saya, gedung pemerintahan. Entah apa karena saya sama sekali buta tulisan China dan ga menemukan sama sekali tulisan latinnya. Dia minta liat foto yang tadi kita ambil dan kemudian foto itu dihapus.
Hiks, agak menyesali insiden penghapusan foto itu. Tapi ga bisa protes. Takut malah berbuntut panjang. Saya cuma pengen balik ke Indonesia utuh. Pergi sehat, pulang selamet. Udah itu aja.
Di waktu istirahat setelahnya, saya baru menyadari kalau kita tadi foto di depan departemen pertahanannya China. Mungkin, termasuk yang dilarang untuk difoto dan diedarkan diinternet. Mereka tau kita turis dan narsis, jadi kejadian penghapusan foto itu adalah antisipasi untuk tersebarnya lokasi dan situasi di tempat tersebut. Ampun om tentara, sesungguhnya kami ga tau kalo ga boleh foto disitu.

Selepas belanja oleh-oleh, saya langsung final packing, mandi dan cuss ke airport buat balik ke Indonesia. Penerbangan balik saya jam 4 pagi. Tapi saya udah sampe di airport 11 malem. Nunggu di airport is better than saya telat karena kesiangan bangunnya. Saya naik kereta ke airport pake kereta yang terakhir. Beruntung saya masih bisa ngejar nih kereta. Temen saya ga keuber dan akhirnya harus naik taksi. Dia ngeluarin ongkos lebih mahal 5 kali lipat dari ongkos yang saya keluarkan untuk ke airport.

Penerbangan balik transit kembali di KL.

Ada sebagian asa yang tertinggal di China. Asa untuk lebih lama menjelajah dan mengunjungi tempat bersejarah dan berpengaruh pada kemajuan peradaban dunia, pada perkembangan kebudayaan di Indonesia.
Semoga Tuhan selalu menyehatkan saya dan memampukan saya untuk kembali kemari atau ke tempat lainnya untuk terus memperkaya jiwa. Aamiin.



Thursday, March 09, 2017

Winter Trip - China



Dari sekedar wacana mau liat salju, sampai episode berburu tiket demi mewujudkan mimpi, sebenernya video ini terlalu singkat untuk menggambarkan semuanya.
Cuma satu pesennya, kalau emang udah mimpi, wujudkanlah!
Mimpi itu untuk dicarikan cara agar bisa diwujudkan, bukan disimpan di dalam relung jiwa dan tetap menjadi mimpi sampai akhirnya disesali kemudian.
Just watch this video and enjoy :)

Tuesday, January 24, 2017

Feel Free to Get Lost, One Day in Xi'an

Bagi saya pribadi, setiap perjalanan yang saya lakukan adalah sebuah petualangan. Bahkan untuk perjalanan ke suatu tempat yang sudah pernah saya lakukan sebelumnya pun, akan menjadi sebuah petualangan. Hal ini bisa jadi karena beda travel mates, atau beda lokasi tujuan walau masih di satu kota yang sama.

Jangan bayangkan petualangan ala Indiana Jones di film nya. Petualangan bagi saya cukup keluar dari rutinitas harian dan mengalami hal baru. Hal baru inilah yang biasanya jadi mendebarkan. Sesuatu yang mendebarkan bagi saya sudah sama sensasinya dengan berpetualang seperti dalam gambaran orang-orang.

Dalam perjalanan saya belum lama ini, ada satu hari saya punya waktu sendirian. Hal ini karena ada satu lokasi yang sangat ingin saya kunjungi yang tidak dikunjungi oleh teman seperjalanan saya. Jadilah hari itu saya berpetualang sendirian mencari Terracotta Museum.

Perjalanan menemukan Terracotta Museum menurut saya cukup menegangkan. Bayangkan, saya berada di suatu tempat yang bahasanya tidak saya mengerti sama sekali, baik lisan maupun tulisan. Mereka pun tidak mengerti bahasa yang saya ucapkan. Bahkan ketika saya berbicara dalam bahasa Inggris pun, susah sekali menemukan orang yang mengerti apa yang saya tanyakan, begitupun sebaliknya; susah sekali saya mengerti apa yang mereka maksud. Ahhh rasanya saya lost in translation.
Saat itu saya juga tidak bisa mengandalkan google map sama sekali. Google diblokir oleh pemerintah China.
Saya mengandalkan hasil screenshoot HP teman saya yang dikirimkannya melalui what's app. Isinya mengenai rute perjalanan yang dituliskan oleh orang-orang yang sudah pernah ke Terracotta Museum

Permasalahan bermula dari semua data yang terkirim adalah dalam bahasa Indonesia, padahal stasiun dan terminal yang saya tuju, ditulis dalam huruf China dan mereka punya penamaan sendiri dalam bahasa mereka untuk menyebut Terracotta Museum itu. Perlu diketahui, mereka menyebut Bing Ma Yong untuk Terracotta Museum.

Dalam petunjuk, saya harus ke Xi'an Railway Station lalu mencari pemberhentian bis no 5 (306). Bis inilah yang akan membawa saya ke Terracotta Museum. Simple yaa?
Tapi kenyataannya tidaklah se-simple itu.
Yaaa, karena saat saya sudah di dalam metro subway, ga ada yang tau dimana Xi'an Railway Station. Boro-boro untuk menanyakan lokasi bis no 5 (306) itu?
Pencarian ini makin sulit karena orang-orang yang ditanya tidak mengerti apa yang kita tanyakan, dan kita pun tidak tau apa yang mereka maksud. Seperti yang saya jelaskan di atas. Dalam kasus saya, saya sampai diantar oleh salah seorang penjaga di stasiun ke pos informasi, dimana disana ada yang bisa bahasa Inggris, tentu saja. Saya pun dituliskan huruf-huruf dalam tulisan China, sehingga saya dapat menunjukkan tempat yang dimaksud oleh saya pada orang yang saya tanya. Atau saya dapat menyamakan tulisan tersebut pada papan informasi yang ada.
Alhasil, setelahnya saya seperti seorang pramuka yang mencari jejak.

Dalam mencari jejak ala saya, saya juga mengandalkan feeling dan kebiasaan orang. Jadi, memperhatikan kebiasaan orang itu ternyata bisa berguna juga. Memperhatikan orang itu ga melulu kepo, hehe..

Dibawah ini saya akan memberikan tips dan arahan arah yang menurut saya mudah untuk diikuti oleh orang yang akan mencari  Terracotta Museum, bahkan jika petunjuk ini dipakai dengan benar, bisa jadi ga perlu bertanya lagi pada penduduk sekitar. Karena bertanya disini pada akhirnya bisa membuat kita pusing menterjemahkan apa yang mereka maksud.

Dari lokasi dimanapun kamu berada di kota Xian, carilah stasiun subway terdekat dan pergilah ke Wulukou. Wulukou yaa, bukan Xi'an Railway Station.
Wulukou ini berada di dalam jaringan metro subway line 1, sedangkan Xi'an Railway Station itu adalah stasiun untuk kereta jarak jauh, kereta keluar kota. Jadi, itu adalah 2 lokasi yang berbeda yaa.. Jangan sampai salah yaa..
Kalau kamu pengguna commuter line, kamu sudah akan familiar dalam pencarian jalur dan menemukan stasiun yang saya maksud. Kalau kamu tidak familiar dengan sistem jalurnya, ingatlah kalau Wulukou ini ada di line 1 (berwarna biru). Jadi jangan sampai salah jalur dan warna
Di bawah ini, ada tulisan Wulukou dalam tulisan China. Bisa dicocokkan untuk memastikan kamu berada di stasiun yang benar.



Ketika sudah sampai di Wulukou, perhatikan pintu keluarnya. Kita ambil exit D, ke arah Xi'an Railway Station. 
Mengambil exit D itu adalah yang paling simple untuk menuju terminal bis yang akan kita tuju. Setelah keluar dari exit D, kita perlu berjalan kurang lebih 200m lagi.
Kemana kita harus berjalan? Dari 8 penjuru mata angin, mana yang harus dipilih? Nah,, saat itu saya mengandalkan feeling saya untuk menentukan kemana saya harus melangkah. Saya, mengikuti mereka yang membawa koper dan mereka "yang terlihat akan pergi jauh". Yaa, karena kita menuju terminal bis dimana terminal tersebut berada di depan Xi'an Railway Station, dimana orang akan pergi keluar kota, jadi hal yang paling mudah untuk menentukan kemana saya melangkah adalah mengikuti mereka-mereka itu.



Setelah sampai di terminal bis, masuk dari pintu utama lalu belok kanan dan lurus saja. Tidak lama setelah belok kanan itu, akan terlihat pemberhentian bis seperti dalam gambar di bawah ini.
Naik saja, bayarnya nanti di atas. Bis ini harga 7 Yuan untuk sampai di Terracotta museum. Paling murah diantara bis-bis lain disitu yang menuju Terracotta museum juga.


Selamat Berpetualang!!


Monday, January 16, 2017

I'm getting older

Today, I'm getting a year older. 
Actually, I'm getting older everyday, every time. 
Because time is moving and never waiting me to be ready for it. 

No matter if I'm to be old. 
The most important is, I live my life and always to be loved.
My life with thousand blessing.
My life with full of happiness.

Thanks to Allah Almighty for everything I have, 
for everything I had and for everything I will have.

I have so many list for my dreams ahead.  
But, I don't have any special request for my life.
Just wanna trying to be a better person everyday.
And accept all of my destiny.


Thursday, January 12, 2017

La La Land (Film)

This is my first film that I watched in 2017.
A film with my name.
A film that can makes me think again about my future. How should I do the best choosing for lives my dreams on. 

La La Land is a 2016 American romantic musical comedy-drama film written and directed by Damien Chazelle and starring Ryan Gosling, Emma Stone, John Legend and Rosemarie DeWitt. The plot follows a musician and an aspiring actress who meet and fall in love in Los Angeles. The film's title is a reference both to a nickname for the city of Los Angeles and to the idiom for being out of touch with reality. La La Land had its world premiere at the Venice Film Festival on August 31, 2016, and was released in the United States on December 9, 2016, by Summit Entertainment.*

Film ini berkisah tentang dua orang, perempuan dan laki-laki yang sama-sama memiliki mimpi besar di dalam hidupnya. Si perempuan untuk menjadi artis terkenal, si laki-laki dengan mimpi untuk memiliki sebuah club jazz yang ramai pengunjung, diminati semua orang dan mampu menghidupkan kembali musik jazz yang menurutnya sudah mulai sekarat. Orang-orang biasa dengan mimpi yang luar biasa.

Dalam pertemuan-pertemuan yang tidak disengaja, akhirnya mereka menjadi sepasang kekasih dan saling menyemangati untuk menghidupkan mimpi-mimpi mereka. Mimpi besar yang untuk sebagian orang menjadikan mereka seperti orang yang aneh, terlalu menghayal dan berlebihan. Tapi itulah hidup, kita akan lebih hidup ketika kita bermimpi dan berusaha mewujudkan mimpi kita tsb. Mimpi pulalah yang terkadang mampu untuk membuat kita bertahan walaupun keadaan sudah sangat sulit, bahkan hampir mustahil.

Kisah berlanjut, sampai pada ending film, dimana mereka mampu mewujudkan mimpi mereka masing-masing. Yaaa, mimpi untuk menjadi artis terkenal dan pemilik club jazz yang banyak peminatnya.
Happy ending untuk semua, kecuali untuk kisah cinta mereka.

Banyak pelajaran berharga bisa dipetik dari film ini. Tentang bagaimana seharusnya membina hubungan, mendewasa bersama pasangan, bukan malah saling menyalahkan dan mengecilkan.
Tentang bagaimana menghidupkan mimpi, membakar semangat untuk tetap mampu berdiri ketika semua orang bersekongkol menjatuhkan kita. Ketika memaknai hidup akan lebih bermakna saat kita bisa saling mendukung.

Menurut saya, film ini layak untuk ditonton. Dengan cerita yang saling menjalin dan kuat, penjiwaan karakter para pemain, serta hal lainnya, tidak heran film ini memenangkan banyak penghargaan.
And because of that, I think I don't need to makes reviews more longer than this because you should watch this film by yourself. 
Enjoy!


*https://en.wikipedia.org/wiki/La_La_Land_(film)

Wednesday, January 11, 2017

2017 Spirit

It's 2017!
New year, new hope. The most importhan thing is, I'm still alive and survive!

Tahun baru bagi saya bukan sesuatu hal yang istimewa.
Sama saja seperti pergantian hari di hari-hari biasanya.
Yang membedakannya, ada ritual ganti kalender.
Sudah itu saja, cukup!

Namun selain itu, tahun baru bagi saya juga berarti saya akan semakin tua.
Iya, tua secara fisik.
Itu juga berarti jatah hidup saya di dunia ini akan semakin berkurang.
Begitulah takdirnya.

Tahun ini akan ada double angka tiga.
Bukan usia yang terbilang muda.
Walau belum pantas dikatakan mapan dan dewasa.
Setidaknya, saya akan selalu berusaha kesana.

Alhamdulillah, Thanks God. All praise is to Allah.

Tak kurang rezki yang Dia berikan kepada saya.
Bahkan untuk rezki yang terus diberikan kepada saya, tanpa saya pinta.
Terimakasih juga untuk semua nikmat yang tak terkira.
Tak dapat saya hitung walau sampai ribuan purnama.
Sekiranya saya hanya mampu membalasnya dengan syukur.

Menapaki tahun baru kali ini, saya ingin memulainya dengan spirit baru.
Spirit 2017!
Menjajaki hari-hari dengan usaha sekuat tenaga untuk menjadi manusia yang lebih baik.
Bukan sempurna, karena sesungguhnya memang tidak ada yang sempurna kecuali Dia.
Hanya menjadi lebih baik setiap harinya.
Termasuk juga menghidupkan mimpi-mimpi yang ada.
Menjadikannya nyata di dalam kehidupan yang saya jalani saat ini.
Menambahkan kembali nafas perjuangan seperti yang dulu selalu saya hembuskan dalam masa remaja belia.
Dan kembali, mengharapkan keridhoanNya agar mengabulkan semua asa dan doa.
Jika memang itulah yang terbaik untuk saya menurutNya.



Jakarta, 11 Januari 2017