Monday, March 26, 2012

Kupu-Kupu Kehidupan



Ulat tak akan selamanya buruk rupa.
Kepompong tidak akan bertahan selamany, itu hanyalah suatu fase metamorfosa hidup dalam perjalanan kehidupan.
Ketika sayap telah mampu melebar dan sanggup menerbangkanmu, saat itulah lembaran baru kehidupan akan dimulai.
Saat ketika sang induk akhirnya melepaskan anaknya untuk berjuang sendiri, belajar menyadari arti hidup dan kehidupan.
Demikianlah aku dan kamu, saat kaki telah kokoh menopang tubuh, saat jiwa tak lagi serapuh kanak-kanak mungil nan polos, maka saat itulah sayap kecil kita mulai harus mengepak menerbangkan diri.
Terbang menuju impian masa kanak-kanak dahulu.
Menjadikannya nyata dalam kehidupan fana, bukan hanya angan-angan dan bunga tidur semata sepanjang usia.
Mari berjuang, mari menjalani kehidupan ini dengan syukur yang ikhlas.
Hidup ini memang tidak mudah kawan, tapi percayalah tidak sesulit apa yg mereka dengungkan.
Kepakkan sayapmu, lalu pergilah taklukan dunia.
Kelak senyum mentari akan selalu hangat menyapa, untuk menemani perjalanan hidupmu, SELALU...

Saturday, March 10, 2012

Silence

Anak-anak Jaman

tulisan di bawah ini adlh sebuah fiksi yg dimuat di kompasiana. link cerita bisa dilihat di ; http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2012/03/09/dia-menangis-di-emperan/

but, in a real life aku sering menjumpai hal ini.. nyata.. mereka ada di skllg qta.. mereka adlh anak2 jaman yg harus berjuang dan ambil bagian dalam peran yg terpaksa mereka mainkan dalam drama yg berjudul "Balada Anak Manusia"

kadang biskuit dan makanan tdk sll ada dlm tas ku ketika tangan kecil mereka bergetar menengadahkan tangannya padaku.. dan aku bukan typical yg suka memberi sejumput uang receh dari dompetku.. hmm, lebih tepatnya sejak kulihat dg mata kepalaku sendiri uang hasil meminta yg sudah mereka kumpulkan malah dirampas oleh 'yg punya wilayah' utk membayar 'upeti'. jelas sebuah dilema tersendiri..

ya Tuhan, air mata sll saja sukses berlompatan dari bola mataku.. beruntunglah aku bila dibandingkan dg mereka..
dan terkadang aku masih mendustakan ni'matMu..
kadang aku menangis meronta dan berpikir betapa jahatnya Kau kpdku bila mengingat betapa Kau begitu cepatnya memanggil ibu ku dan menjauhkanku dari peluk hangat kasih sayang kedua org tua ku dg dalih kemandirian..

haiii,,betapa egoisnya aku..
bahkan anak2 kecil itu terkadang tdk tahu siapa org tua mereka..
dan untuk setiap tetes air mata yg kujatuhkan saat bersama anak2 jaman itu,,aku memohon ampunanMu krn telah berani menggugatMu atas ni'mat yg tak pernah lupa Kau berikan untukku..

dear my Lord,
thanks for everything You gave to me..

***



Satu demi satu langkah kaki terayun menelusuri sudut kota, telinga ini tak henti-hentinya terngiang dengan suara bising kendaraan yang melintasi tiada hentinya di jalur menuju pusat kota, indah memang kota itu jika kita melihatnya dengan hati…cuman mata hati ya nga perlu pake mata benaran, karena jika mata benaran, pasti engkau tak mampu melihat apa yang ada di depanmu.. karena di depan ada mereka yang sedang berjuang melawan kerasnya dunia tuk memenuhi hidup mereka. Pejalan kaki yang menapaki setiap trotoar jalan di kota itu, tukang becak menerapi pedal becaknya tuk mencari lembaran uang, tukang ojek mengantri menahan teriknya sang surya demi hidupnya, pedagang asongan sedang menjajakan dagangannya demi memenuhi membiayai sekolah anaknya bahkan parahnya lagi begitu banyak insan paru bayah dan anak kecil sedang duduk bersila sambil mengangkat tangnnya yang terbuka tuk mengharapkan pemberiaan orang, ya..mereka adalah pengemis jalanan…

Asyik melintasi di sebuah gang dekat persimpangan jalan kota itu, tiba tiba aku mendengar suara tangis penuh haru dari satu sudut ruko, karena penasaran aku mencoba mendekati suara itu, semakin dekat dan dekat lagi, tiba-tiba aku melihat sosok mungil yang sedang duduk bersila sambil memegang perutnya yang terlihat begitu kecil… oh tuhan siapakah ini, kemana orang tuanya, lalu kenapa dia ada di sini. Pertanyaan demi pertanyaan terus terlontas dari benakku.. karena kasihan akupun mendekatinya sembari bertanya, dek kenapa..kamu kenapa dek.. tiba-tiba terdengar suara yang tadinya menangis itu menjawab apa yang kutanyakan..lapar kak, aku lapar sekali, lalu akupun kembali bertanya dimana orang tuamu, emang kamu tinggal di mana dek.. dia kembali (anak kecil-red) menjawab orang tuaku tidak ada, aku tinggal di daerah sini kak..

Sedih rasanya hati ini melihat wajah ayu yang begitu polos menatapku penuh harapan, akupun meraih tangan mungilnya sambil berkata..sini ikut kakak ya..tak menunggu lama akupun berjalan menggandengkan tangan mungil itu menuju suatu tempat makan.

Mungkin lapar…ia si anak ini benar-benar lapar, aku melihat dia begitu bersemangatnya melahap makanan yang disajikan di hadapannya… aku mulai berteriak di dalam hati kecilku, ya Tuhan bukankah negeri ini begitu kaya? Bukankah engkau memberikan begitu banyak kekayaan yang melimpa ruah di tanah leluhur kami ini? Tetapi kenapa masih ada yang kelaparan? Mengapa…mengapa Ya Tuhan????

Masih banyak rakyat Indonesia yang bertatih-tatih menelusuri hidup mereka dengan berbagai fenomena yang terselimuti oleh kemiskinan, begitu banyak rakyat yang melatah dan tak mampu berkata-kata karena tak berdaya menahan prahara politik dan kepentingan para elit-elit bangsa… sementara mereka yang di sana (elit bangsa-red) yang hidup penuh kemewahan, penuh kesenangan, berlimpangan harta dan kekayaan. Mereka memperkaya diri mereka dengan mengatas namakan rakyat, menggunakan kepercayaan rakyat untuk memuaskan hidup mereka, berbicara atas nama rakyat, namun mereka tidak pernah sadar bahwa apa yang mereka lakukan, omongin, lihat dan saksikan itu sangat dan amat menyiksa rakyat.

Sebenarnya mereka itu tuli, bodoh tetapi sok pintar atau memang buta? Karena mereka tidak pernah sadar apa yang terjadi dengan mereka… sebenarnya mereka anggap apa ini rakyat.. jadi sakit hati, tetapi nga boleh ngomel kata mereka, karena apa yang aku omelin itu terdengar bodoh. Nga boleh protes, karena kalau protes pasti di tangkap polisi, nga boleh dan nga boleh.. hummmm terpaksa deh menahan sakit ini walau terus sakit hingga ajal menjemputku.. terima kasih ya Penyelenggara Negara yang konon katanya pintar, karena kalian telah membuat kami (rakyat-red) menjadi seperti ini.. semoga tidak ada lagi yang menangis tersedu-sedu di emperan hanya karena menahan lapar. Semoga Tuhan melindungi kalian, agar kalian masih tetap memiliki kesempatan untuk menzdolimi kami lagi, dan semoga kalian masih tetap mencuri dengan mengatas namakan kerja, dan semoga kalian akan mendapat “LAKNAT” dari pemilik jagad ini..amin…

***


Hujan Sore Ini


Langit bersuka cita membawa pesan cinta Tuhan kpd makhluk-Nya di bumi.

Gelap perlahan hadir mengiringi gemuruh yg bersenandung mesra, melodi alam ttg sebuah nyanyian yg berjudul; hujan.


Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.” (Ar-Ruum, 48)