Tuesday, August 16, 2016

Kedai 1001 Mimpi: Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI



Judul : Kedai 1001 Mimpi : Kisah Nyata Seorang Penulis yang Menjadi TKI
Penulis : Valiant Budi
Penerbit : Gagas Media
Cetakan I : 2011
Tebal : 444 halaman + xii


"Kita ini konon pahlawan devisa. Tapi kalau mati, ya sudah, dianggap binatang saja."
"Saya datang untuk mempertebal iman, bukan jadi mainan."
"Datang kesini itu harus siap 'dijajah'. Baik jiwa maupun raga.'
"KAMU tidak perhatikan, banyak orang MATI karena terlalu BANYAK TAHU?"

Kutipan di atas adalah beberapa kalimat yang ada di dalam buku Kedai 1001 Mimpi. Terbaca sadis, yaa?! Namun bila kita membaca buku ini secara keseluruhan, kalimat di atas tidak aneh bila sampai terlontar dari mulut mereka, para buruh migran Indonesia di Arab Saudi yang konon katanya adalah para pahlawan devisa bagi negara ini.

Buku ini saya dapatkan dari seorang temannya teman saya dalam sebuah ajang tukar buku, Buku bekas dalam kondisi masih layak baca. 
Dari pertama membuka halaman pertama dan membacanya, saya merasakan kecanduan yang teramat untuk terus membaca dan membuka halaman selanjutnya.
Tutur bahasa dan kalimat yang digunakan oleh penulis untuk menceritakan pengalaman pribadinya begitu lugas dan mudah dimengerti oleh pembaca. 

Penulisnya, Valiant Budi (@vabyo) bukanlah seorang buruh migran "biasa" menurut saya. Sebelumnya dia adalah penyiar radio dan penulis. Keputusannya untuk menjadi buruh migran Indonesia di Arab Saudi didasarkan kecintaannya akan kisah 1001 malam dan keinginannya untuk berpetualang mencoba hidup di negara lain.

Cerita dalam buku ini bermula dari perjalanan Vibi, panggilan sang penulis melamar pekerjaan di luar negeri. Proses yang panjang dan penantian yang lama sampai akhirnya dia berangkat ke sebuah kota di pinggir laut Persia dan bekerja sebagai seorang barista di sebuah coffee shop berskala internasional yang ada disana. 
Banyak nama dan tempat yang disamarkan dalam buku ini oleh penulis. Namun bagi saya, tidak susah untuk menebak bahwa coffee shop tempat penulis bekerja di Saudi adalah Starbucks.
Selama bekerja disinilah tulisan dalam buku ini bercerita. Dari mulai hari pertama yang berat, pelanggan yang ajaib, teman-teman kerja yang tak kalah ajaib dan persahabatan penulis dengan sesama orang Indonesia disana.

Banyak pembelajaran yang bisa dipetik dari membaca buku ini. Untuk orang yang terlalu mengagungkan bangsa Arab, silahkan baca dan pahamilah kalau Islam bukanlah Arab dan juga sebaliknya. Sebuah kekeliruan massal yang sering dipahami salah oleh orang Indonesia kebanyakan. 
Islam adalah agama, dan Arab serta budayanya itu berbeda. Dalam buku ini banyak dijelaskan perbedaan keduanya. Lagipula, sejak kapan Islam = Arab? 
Bahkan dalam buku ini penulis menuliskan dengan gamblang tentang berbagai macam budaya Arab yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Dari mulai cerita tentang kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan, zinah, bahkan prilaku homoseksual yang terjadi disana. Vibi-pun pernah menjadi korbannya; dari mulai supir taksi, om-om pelanggan coffee shop nya sampai orang yang tidak dikenal yang dia temui di jalan.

Hal yang menyedihkan sepanjang membaca buku ini yang saya rasakan adalah saat penulis menjelaskan bagaimana Indonesia selalu dianggap sebagai negara miskin dan hanya berisi orang-orang bodoh. 
Vibi yang berhasil menjadi supervisor pertama dari Indonesia itu dianggap ajaib karena banyak dari rekan senegaranya hanya mampu bekerja di sektor informal, menjadi PRT atau supir. 
Ada sebuah kalimat penjelasan yang dituliskan oleh penulis pada halaman 426 yang membuat saya terharu sekaligus tegas mengiyakan:
"Maaf, tapi di negara miskin saya itu, saya lebih banyak tersenyum. Tak terbeli dengan ribuan riyal. Lagi pula semua kebusukan negara saya, Indonesia, ada di negara lain, kok. Tapi keindahan Indonesia belum tentu dimiliki negara lain."

Secara keseluruhan buku ini sangat bagus untuk dibaca. Menyadarkan kita akan sisi dunia lain yang sayang nya sering kali kita terlena dengan pikiran kita sendiri tanpa tahu pasti kenyataannya. Buku ini khas, karena mengangkat sebuah hal yang serius; dunia buruh migran dan segala permasalahannya, tapi disajikan dengan gaya lugas nan kocak. 
Jika harus memberi rating dengan bintang-bintang seperti dalam aplikasi ojek online, saya akan memberikan bintang 4 dari 5 bintang yang ada. 


No comments:

Post a Comment