Yes, I did it!
Finally, awal Januari ini sukses liat
salju!
Sebelumnya,
awal tahun 2016, saya dan Fatima, teman saya, back to Seoul dan sekitarnya. Niatnya winter-an liat salju. Tapi ternyata ga ada salju disana. Selama 5
hari kita di Korea, liat salju (atau es, lebih tepatnya) yaaa pas di tempat
ski. Dan berhubung ski itu mahal, jadilah kita cuma fotoan aja disitu. 😂😂😂
Maka kembalilah saya merencanakan winter
trip berikutnya. Sebagai pengganti si winter
trip yang mendekati gagal itu. Winter
trip kali ini rencananya lebih ke utara. Tujuannya biar ga nanggung. Jadi
memang sengaja cari lokasi yang pasti ada salju.
Harbin. Yes, HARBIN!
Pasti ada salju disana. Karena setiap tahunnya, di Harbin ada festival
musim dingin; jadi akan ada festival salju dan festival es. Maka jadilah
tujuan kita winter-an kali ini ke
China.
Kenapa China?
Ini lebih ke faktor ekonomis aja, sebenernya. Sebelumnya, saya
memutuskan mencari lokasi yang lebih ke utara, yang terjangkau dengan tabungan
yang ada. China bagi saya juga merupakan negara yang ingin sekali saya
kunjungi. Sejak saya suka sejarah, sejak saya tau China adalah salah 1 negara
yang mempengaruhi kebudayaan dunia, sejak saya tau rute jalan sutra, sejak saya
membaca kisah pembangunan Great Wall,
sejak saya suka kisah Legenda Ular Putih, sejak pengen banget ketemu Yoko,
sejak liat film Mummy yang shootingnya di China,
sejak dulu sih pastinya. Jadi ini semacam melaksanakan bucket list; must visit.
Xi’an, Harbin dan Beijing adalah 3 kota di China yang saya kunjungi
dalam trip kali ini. Kenapa 3 kota ini?
Jadi, ke China tanpa ke Great
Wall dan ke Terracotta Wariors Museum
itu bagi saya laksana kita pergi ke Mesir tanpa liat Pyramid atau ke Paris tapi ga ke Eiffel Tower. Atau kayak sayur ga digaremin; enak tapi tetep aja ga
lengkap. So, mumpung ke China, Xi’an
dan Beijing ga mungkin saya skip.
Harbin? Ya namanya juga ini winter
trip yaa, jadi ya ke festival musim dingin di Harbin dong pastinya.
Rute saya selama winter trip
ini adalah:
Bekasi – Cengkareng – KL – Xi’an – Harbin – Beijing – KL – Cengkareng –
Bekasi.
Dari Cengkareng ke Xi’an dan dari Beijing balik ke Cengkareng, saya
naik Air Asia. Dapet tiket murah karena lagi promo. Tapi ga murah-murah banget
sih, ada teman yang dapet lebih murah soalnya.
Dari Xi’an ke Harbin, saya naik China Southern Airlines. Maskapai fullboard. Ga dapet harga murah. Mungkin
karena belinya juga udah mendekati hari H. Dan waktu yang saya pilih adalah
musim liburan. Jadi harga yang saya keluarkan bahkan lebih mahal dari tiket PP
Indonesia – China yang saya beli sebelumnya di Air Asia.
Xi’an
Ngapain aja di Xi’an? Kemana aja? Ada apa disana?
Xi’an yang saya tau adalah sebuah kota kuno. Kota yang sudah sejak lama
ada, bahkan merupakan pusat pemerintahan China di jaman dulunya.
80% wisata di Xi’an adalah wisata sejarah. Ada Terracotta Wariors Museum disini, ada Bell Tower of Xi’an, Xi’an City Wall, Titik 0 KM Jalan Sutra dan
lain-lain hal yang berhubungan dengan sejarah China, juga sejarah peradaban
dunia. Bahkan wisata kuliner yang saya lakukan disini pun berhubungan dengan
wisata sejarah. Tempat yang terkenal untuk wisata kuliner ada di daerah Muslim Street. Kawasan ini dekat dengan Great Mosque of Xi’an. Masjid raya yang
sudah berusia ribuan tahun, dan masih digunakan untuk ibadah sehari-hari kaum
muslim itu sendiri. Selain tentu saja dibuka untuk wisata sejarah bagi umat
beragama lainnya.
Oiya, untuk muslimin yang masuk ke Great
Mosque of Xi’an ini gratis. Tapi untuk umat beragama lain, tiket masuk
adalah 15 Yuan.
Saya cuma 2 hari aja di Xi’an.
Hari I
1) Xi’an City Wall, 2) Bell Tower, 3) Keliling pusat perbelanjaan (sesungguhnya kami ‘ga
belanja, Cuma sekedar menghangatkan tubuh aja, kokk.. hahaha), 4) Muslim Quarter, 5) Great Mosque of Xi’an, 6) Muslim
Street.
Rute ini saya jalani
seharian, dari jam 10 AM keluar hostel, balik ke hostel jam stgh 10 malam.
Hari II
Terracotta Wariors Museum!
Iya, hari ini cuma 1
lokasi aja. Soalnya perjalanannya juah dan saya harus cari jejak untuk bisa
kesini. Feel free to get lost deh
pokoknya. Hahaha...
Episode ke Terracotta Wariors Museum itu jadi
cerita panjang tersendiri tentunya!
Di hari saya ke Terracotta Wariors Museum, saya harus
terbang ke Harbin di malam harinya. Saya sudah janjian dengan Fatima disana.
Dia menyusul saya ke China di hari berikutnya dengan Malaysian Airlines dan
langsung menuju Harbin.
Harbin
Saya ke Harbin naik
China Shouthern Airlines. Ini penerbangan fullboard,
jadi mahal. Saya sendiri ga rekomen maskapai ini. Bukan Cuma karena mahalnya aja
sih, maskapai ini ga ada check in online-nya.
Padahal antrian check in nya aduhaiii
dehh.. Antriannya semrawut! Lama! Gak terkoordinasi dengan baik. Padahal saya
masih harus masuk bagian pemeriksaan bandara Xi’an yang berlapis-lapis. Hikkss,
pake acara lari-larian, jalan jauh dan masuk pesawat terengah-engah. Dapet
tempat duduk paling belakang. Kursi di depan saya ga sopan karena mundurin
bangkunya sampe mentok. Bikin saya ngerasa sumpek banget. Hal ini diperparah
dengan seringnya saya kesikut ama orang-orang yang ga berhenti-hentinya ke
toilet. Makkkk! Ampuunn!
Saya ga mau cerita
lebih banyak tentang kekecewaan saya terhadap maskapai ini. Masih banyak daftar
kekecewaan saya sebenernya, tapi biarlah ini menambah kisah saya dalam
perjalanan kali ini. Namanya perjalanan kan emang gitu, there is always good and bad side in the same times.
Saya sampe di Harbin
tanggal 3 dinihari. Cuma punya waktu yang seharian penuh, yah pas di tanggal 3
itu aja. Tanggal 4 siang udah harus ke Beijing.
Agak memaksakan ya?!
Saya rasa juga gitu. Apalagi
dengan semua biaya yang harus saya keluarkan dalam perjalanan ke Harbin ini. Kok,
saya kayak ngerasa “ga sebanding” aja.
Tapi ketika saya mikir lagi
untuk berada berlama-lama di suhu minus tinggi, kok yahh jadi ketar ketir
sendiri mikirinnya yaahh..
Alhasil? Yah itulahh..
Saya cuma sehari
explore Harbin.
Untungnya di Harbin
memang tidak terlalu banyak spot yang
bisa diexplore. Semua yang jadi highlight disini adalah tentang salju,
es, dan musim dingin. Dan itu ada di satu lokasi yang disebut Sun Island. Tapi jangan harap matahari
bersinar cerah ceria di Pulau Matahari ini yah. Apalagi pas musim dingin.😆
Karena datengnya udah
dinihari, kita baru keluar penginapan di jam 11 siang.
Udah lapar karena dari
semalem gak makan. Jadi, kita cari makan dulu. Lucunya, kita malah makan
makanan Korea. Hahaha 😋😁
Di Harbin:
- Saya ke Sun
Island dan mengunjungi 1) Snow
Sculpture Festival, 2) North Pole,
3) Ice World Festival.
- Sophia
Church; karena ini Gereja, jadi kita fotoan di depannya aja. Itu aja udah
seneng banget. Berasa ke Rusia, gitu. Soalnya arsitekturnya Sophia memang mirip
banget gereja-gereja di Rusia. Ga heran sih, Harbin itu kan daerah utara China
yang memang berbatasan dengan Rusia.
Yang jelas selama di Harbin, kita tuh seneng banget
karena bisa ngeliat salju yang banyak dan berserakan di taman-taman dan
jalan-jalan. Bahkan foto-fotoan di taman aja, udah happy. Maklum ajalah yaa, kita kan anak daerah tropis yang dari
lahir ga pernah ngeliat salju.
Disini banyak orang baik. Setidaknya, disini kita
sering ditolong sama orang-orang baik yang dengan sukarela membantu. Ada polisi
yang baik hati ngasih tau jalan walau bahasa Inggris nya gubrak banget. Hahaha
Ada pula Tao, mahasiswa yang mukanya boros. Sumpah, saya
kirain seumuran ama kita. Hahaha
Tapi dia baik banget. Nganterin kita keliling nyariin Ice World Festival dan Gereja Shopia. Bantuin nolak-nolakin
tukang dagang yang pada maksa di depan Ice
World Festival. Sampe bayarin bis pass keluar dari Sun Island karena kita ini adalah turis yang kliwat gaya dan ga
punya recehan 1 Yuan buat bayar bis. Ouch..
Sayangnya foto kita bertiga sama Tao ngeblur gitu.
Andai aja bagus, saya bakalan pasang deh.
Ada beberapa hal sebenernya yang gagal untuk dilakuin
di Harbin. Antara lain adalah foto-foto bertabur salju atau tiduran di salju.
Hahaha.. Iya, saya norax!
Beijing
Sampe di Beijing udah malem. Yang dilakukan Cuma nyari
hotel yang udah kita booking sebelumnya dan istirahat. Persiapan diri untuk
perjalanan besoknya.
Selama di Beijing kita nginap di Spring Time Hostel. Lokasinya ga jauh dari stasiun metro. Sebelah pintu
keluarnya persis. Dari segi lokasi, it is
in a good location. Kita ga perlu jalan jauh-jauh untuk mencapai stasiun metro.
Walau ini hostel, tapi kamar dan pelayanannya OK. Harganyapun murah. Saya
rekomen hotel ini buat tempat menginap kalau ada orang yang tanya rekomendasi
penginapan di Beijing.
Hari kedua di Beijing,
kita ke Great Wall. Yeayyy!
Great Wall, We are coming. Hahaha.. #lebay
Kita ke Badaling Section, Great Wall. Konon jalur
inilah yang termudah. Seru!
Mungkin perjalanan ke Great Wall ini akan saya tuliskan dalam
cerita tersendiri.
Karena ini musim
dingin, saya kedinginan banget selama di Great
Wall. Soalnya pas kita di Great Wall,
pas hujan salju turun juga. Kita bahkan sempet ngalamin jarak pandang yang
sangat pendek, ga kliatan apa-apa, palingan cuma sebatas 2 meter ke depan aja.
Jadi saran saya, kalo
mau puas fotoan narsis, datanglah ke Great
Wall pada 3 musim lainnya selain musim dingin.
Hari ketiga di Beijing
kita ke; 1) Forbiden City, 2) Tiannamen Square dan pergi belanja
oleh-oleh setelahnya sampe malem.
Ada kejadian lucu bin
deg-deg’an di hari ketiga kita di Beijing. Dalam perjalanan dari Forbiden City ke Tiannamen Square, kita sempet “nyasar” karena sotoy ngikutin
petunjuk peta yang kita ambil dari hotel. Alih-alih mencoba menikmati
perjalanan, kita fotoan di jalanan yang lucu dan keren untuk di foto. Tapi ga’
sampe 50m dari tempat kita foto, kita di stop sama tentara yang lagi jaga di
depan gedung yang menurut pengamatan saya, gedung pemerintahan. Entah apa
karena saya sama sekali buta tulisan China dan ga menemukan sama sekali tulisan
latinnya. Dia minta liat foto yang tadi kita ambil dan kemudian foto itu
dihapus.
Hiks, agak menyesali
insiden penghapusan foto itu. Tapi ga bisa protes. Takut malah berbuntut
panjang. Saya cuma pengen balik ke Indonesia utuh. Pergi sehat, pulang selamet.
Udah itu aja.
Di waktu istirahat
setelahnya, saya baru menyadari kalau kita tadi foto di depan departemen
pertahanannya China. Mungkin, termasuk yang dilarang untuk difoto dan diedarkan
diinternet. Mereka tau kita turis dan narsis, jadi kejadian penghapusan foto
itu adalah antisipasi untuk tersebarnya lokasi dan situasi di tempat tersebut. Ampun
om tentara, sesungguhnya kami ga tau kalo ga boleh foto disitu.
Selepas belanja oleh-oleh,
saya langsung final packing, mandi
dan cuss ke airport buat balik ke
Indonesia. Penerbangan balik saya jam 4 pagi. Tapi saya udah sampe di airport
11 malem. Nunggu di airport is better than saya telat karena
kesiangan bangunnya. Saya naik kereta ke airport
pake kereta yang terakhir. Beruntung saya masih bisa ngejar nih kereta. Temen saya
ga keuber dan akhirnya harus naik taksi. Dia ngeluarin ongkos lebih mahal 5
kali lipat dari ongkos yang saya keluarkan untuk ke airport.
Penerbangan balik
transit kembali di KL.
Ada sebagian asa yang
tertinggal di China. Asa untuk lebih lama menjelajah dan mengunjungi tempat
bersejarah dan berpengaruh pada kemajuan peradaban dunia, pada perkembangan
kebudayaan di Indonesia.
Semoga Tuhan selalu menyehatkan
saya dan memampukan saya untuk kembali kemari atau ke tempat lainnya untuk terus
memperkaya jiwa. Aamiin.