Judge nothing, you will be happy.
Forgive everything, you will be happier.
Love everything, you will be happiest.
Friday, December 25, 2015
Happy
Tuesday, December 01, 2015
2015 Resolution
Pagi-pagi dalam perjalanan menuju kantor, saat mengecek obrolan di wa group, ada teman yang melontarkan pertanyaan "apa resolusi untuk 2016?". Sebuah pertanyaan terbuka yang dia lontarkan untuk semua anggota grup tersebut. Saya, yang saat itu bermotoran, terlambat menjawab dan hanya menyimak pembicaraan yang sudah berkembang menjadi absurd setelahnya.
2015 akan segera berakhir dalam satu bulan ke depan. Daripada memikirkan apa resolusi 2016, saya lebih ingin me-review resolusi 2015 yang saya buat sebelumnya. Setidaknya masih ada waktu satu bulan ke depan untuk memperbaikinya. Tidak ada yang tidak mungkin jika Tuhan menghendakinya.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yang ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan terhadap suatu hal.
Dalam konteks resolusi tahun baru seperti yang biasa didengungkan di awal tahun, resolusi adalah tujuan atau hal yang ingin dicapai di tahun baru tersebut. Ataupun bisa merupakan rencana perubahan yang akan dilaksanakan dalam waktu satu tahun itu.
Resolusi tahun 2015 saya adalah:
1. Menikah
2. Sukses diet
3. Menambah penghasilan
4. Umroh
5. Mengunjungi negara bersalju
6. Melanjutkan sekolah, atau short course ke LN
Resolusi 2015 ini sebenarnya adalah resolusi 2014 yang sudah direvisi sebelumnya. Ada beberapa rencana yang sudah terlaksana dan membutuhkan pengembangan rencana. Ada pula yang memang harus diganti karena tidak memungkinkan dilaksanakan di tahun berikutnya. Resolusi 2014 yang direvisi ini sebenarnya ada beberapa yang sudah direncanakan pula di 2012 dan 2013. Jadi kesimpulannya adalah, daripada sibuk memikirkan apa resolusi yang akan dilakukan di 2016, saya memilih untuk memperbaiki diri dan merencanakan strategi-strategi baik yang harus dilaksanakan agar resolusi 2015 ini bisa saya laksanakan.
Thursday, November 26, 2015
Life is a mystery
I see happy and sad at the same time.
People come and go into your life, stay for a while and leave footprints to other.
At its best, life is completety unpredictable.
Wednesday, October 28, 2015
Dedicated to girls
Tuesday, October 20, 2015
Travelmate
Yes, right, travelmate menurut versi saya adalah temen jalan yang bisa diajak gila dalam menghadapi sebuah perjalanan. Termasuk mengganti plan A to Z sambil tertawa terbahak karena melewatkan B, C, D dan huruf lainnya.
Wednesday, September 30, 2015
Gelap
Tentunya saya amat sangat tidak berharap! Karenanya bila pertanyaan itu diajukan kepada saya, saya tidak akan berani membayangkannya.
Di dalam gua sepanjang kurang lebih 300 meter itu, sama sekali tidak ada cahaya. Karenanya, kami menyewa tiga buah senter sebagai penerangannya.
Menurut sang guide yang mengawal perjalanan kami, gua tersebut pada masanya dipakai sebagai tempat penyimpanan amunisi perang. Termasuk hidup dan berkehidupan para tentara.
Nah, balik lagi ke pertanyaan di atas.
Kebayang ga sih hidup pada masa itu di dalam gua tersebut?
Throw back to the time when I visit Vietnam. Disana ada Chuchi tunnel. Saat ini, untuk keperluan pariwisata, Chuchi tunnel tersebut diperbesar ukurannya agar bisa dimasukin turis asing yang berbadan jauh lebih besar dari bangsa Vietnam. Juga dipermudah dengan fasilitas tangga yang lebih baik dibanding pada masa awal dibuatnya. Padahal pada masanya, masa perang Vietnam, tunnel tersebut berfungsi sebagai bagian dari kehidupan sebagian besar masyarakatnya. Mereka hidup dan berkehidupan di dalamnya. Makan, tidur, dan melakukan aktivitas hidup lainnya. Tentu saja jangan harapkan ada penerangan memadai disana pada masa itu.
Lalu kita balik lagi pada pertanyaan di atas. Kebayang ga sih hidup pada masa itu di dalam tunnel tersebut?
Tuesday, September 22, 2015
PASSPORT
Saya katakan saya tidak tahu. Dalam hidup ini, setahu saya hanya orang bodohlah yang selalu memulai pertanyaan hidup, apalagi memulai misi kehidupan dan tujuannya dari uang. Dan begitu seorang pemula bertanya uangnya dari mana, maka ia akan terbelenggu oleh constraint. Dan hampir pasti jawabannya hanyalah tidak ada uang, tidak bisa, dan tidak mungkin.
Pertanyaan seperti itu tak hanya ada di kepala mahasiswa, melainkan juga para dosen steril yang kurang jalan-jalan. Bagi mereka yang tak pernah melihat dunia, luar negeri terasa jauh, mahal, mewah, menembus batas kewajaran dan buang-buang uang. Maka tak heran banyak dosen yang takut sekolah ke luar negeri sehingga memilih kuliah di almamaternya sendiri. Padahal dunia yang terbuka bisa membukakan sejuta kesempatan untuk maju. Anda bisa mendapatkan sesuatu yang yang terbayangkan, pengetahuan, teknologi, kedewasaan, dan wisdom.
Seorang mahasiswa asal daerah yang saya dorong pergi jauh, sekarang malah rajin bepergian. Ia bergabung ke dalam kelompok PKI (Pedagang Kaki Lima Internasional) yang tugasnya memetakan pameran-pameran besar yang dikoordinasi pemerintah. Disana mereka membuka lapak, mengambil resiko, menjajakan aneka barang kerajinan, dan pulangnya mereka jalan-jalan, ikut kursus, dan membawa dolar. Saat diwisuda, ia menghampiri saya dengan menunjukkan pasportnya yang tertera stempel imigrasi dari 35 negara. Selain kaya teori, matanya tajam mengendus peluang dan rasa percaya tinggi. Saat teman-temannya yang lulus cum-laude masih mencari kerja, ia sudah menjadi eksekutif di sebuah perusahaan besar di luar negeri.
Dalam bukunya yang berjudul The Next Convergence, penerima hadiah Nobel ekonomi Michael Spence mengatakan, dunia tengah memasuki Abad Ke tiga dari Revolusi Industri. dan sejak tahun 1950, rata-rata pendapatan penduduk dunia telah meningkat dua puluh kali lipat. Maka kendati penduduk miskin masih banyak, adalah hal yang biasa kalau kita menemukan perempuan miskin-lulusan SD dari sebuah dusun di Madura bolak-balik Surabaya-Hongkong.
Saya pikir ada baiknya para guru mulai membiasakan anak didiknya memiliki pasport. Pasport adalah tiket untuk melihat dunia, dan berawal dari pasport pulalah seorang santri dari Jawa Timur menjadi pengusaha di luar negeri. Di Italy saya bertemu Dewi Francesca, perempuan asal Bali yang memiliki kafe yang indah di Rocca di Papa. Dan karena pasport pulalah, Yohannes Surya mendapat bea siswa di Amerika Serikat. Ayo, jangan kalah dengan Gayus Tambunan atau Nazaruddin yang baru punya pasport dari uang negara.
Friday, September 11, 2015
Ramai dalam kesunyian
Waktu sudah menunjukkan 22.20 WIB. Sudah lebih 20 menit dari waktu janjian awal, dan teman seperjalanan malam ini belum ada satupun yg menampakkan batang hidungnya di depan mataku.
Arrgghhh.. Udah janjian jam 10 malam aja, masih telat. Apalagi kalau kemarin beneran janjian jam 8? Bisa jamuran nungguin mereka. Gerutuku dalam hati.
Aku tidaklah sepenuhnya semerana itu. Pada saat yg sama, sambil menunggu mereka, akupun chit chat dengan teman-temanku yang lain. Teman-teman yang berada jauh dari tempatku berada, bahkan teman yang berada jauh di belahan bumi lainnya.
Thanks to internet tentunya :)
Dan terimakasih mesra juga terucap untuk jejaring sosial media.
Untuk kali ini, aku seperti terselamatkan dengan adanya semua sosial media itu. Terselamatkan dg adanya internet yg menyatukan kami.
Dilain waktu, saat pertemuan dengan teman lama yg sesungguhnya sudah lama direncanakan dan sering gagal krn kesibukan kita masing-masing, menjadi hambar karena masing-masing individunya sibuk dg gadgetnya masing-masing. Sibuk bersosialisasi di dunia maya dan lupa menyapa orang lain yang ada di sekitarnya.
Ironi yang lazim kita lihat akhir-akhir ini.
Monday, September 07, 2015
Being Grateful
Bukankah masih hidup dan sehat jg merupakan keberuntungan yg harus sll disyukuri?
.
.
Terkadang, kita harus melihat ke bawah. Bukankah terus melihat ke atas akan membuat leher sakit?
Selain itu, kemungkinan tersandung, keseleo dan nubruk sesuatu jg harus diperhitungkan.
#umpama
#selamatmenikmatihariini
.
.
Saturday, June 27, 2015
Triana
Sejak beberapa waktu yang lalu, tepatnya sejak saya mulai menyukai traveling, saya punya satu rencana;
"Bila nanti punya anak, saya akan menamakan anak2 saya tersebut dengan nama2 tempat yang ada di berbagai penjuru dunia. Biar kelak ketika dewasa mereka akan menuju kesana. Minimal sekali seumur hidupnya."
Sebenarnya rencana itu simple aja. Hanya ingin anak keturunan saya kelak bisa mengenal dunia. Bepergian ke berbagai tempat agar bisa 'belajar' dari perjalanannya tersebut.
25 Juni 2015 mendekati tengah malam, saya baru mengetahui kalau Triana adalah nama tempat. Hal itu saya ketahui dari sharing post seorang teman di FB yang menceritakan kehidupan temannya yg sedang berada di Spanyol.
Triana, berlokasi di Seville, Spanish.
http://goo.gl/maps/FJfMy
Orangtua saya tentunya tidak merencanakan perjalanan saya ini. Tidak seperti saya yang memang merencanaka kemana anak saya akan pergi. Tapi kelak, kesana saya akan melangkah.
Noted! Triana on my list!
Wednesday, June 03, 2015
Pembawa Berkah
Friday, May 29, 2015
Anak-anak Jaman
Tuesday, May 19, 2015
Do you love me?
Seharusnya, seorang pecinta akan tau semua detil hal yg dicintainya.
Seharusnya, seorang pecinta melakukan hal itu dg segenap jiwa raganya.
Bukan sbg beban. Dan tanpa paksaan.
Namun bila sang pecinta, ternyata tdk tau apa yg menjadi kesukaan, hal yg tidak disukai, bahkan data diri yg seharusnya dia hapal di luar kepala, apakah dia pantas disebut sang pecinta?
Tak kenal maka tak sayang.
Jika kau menyayangi sesuatu, maka sudah seharusnyalah mengenalnya.
Luar dalam. Dengan hati dan pikiran. Jiwa dan raga.
Do you love me?
Hanya kalimat itulah yg akhirnya terucap jika pecinta melupakan hari lahir orang yg dicintainya. Tidak tau makanan kegemarannya. Dan memaki dg keras atas kesalahan yg sebenarnya justru milik dirinya.
Cinta tidak seperti itu kawan.
Monday, May 18, 2015
Pangrango Berlari
Akhirnya, perjuangan beberapa jam terakhir selesai. Pencapaiannya adalah, aku berhasil duduk manis di dalam KA Pangrango dengan bercucur keringat di sekujur tubuh. Jantung berdetak lebih cepat dari biasa. Kaki gemetar tak menentu. Dan tentu saja kesenangan hati yg tak kepalang krn akan camping di Curug Sawer, Sukabumi dengan adik dan kakakku.
It's family time, baby.... :*
Friday, May 08, 2015
Cerita Hari Ini
Alarm tubuh yang menandakan ia butuh istirahat lebih. Iya, kusadari beberapa minggu belakangan ini jadwalku padat, bahkan jadwal padat merayap itu merambah juga waktu weekend-ku.
Kupaksakan tubuh untuk bangun. Setengah menyeret kaki ke kamar mandi untuk bebersih. Hari ini harus kulalui. Itu pasti!
Tak ada sarapan menanti di meja. Entahlah, mungkin pagi ini semua orang berburu dengan waktu. Alasan standar yang terlontar bila tidak sempat membuat sarapan. Sudahlah, seduh saja susu untuk sekedar pengganjal perut. Toh, aku tetap harus bergerak. Dengan atau tanpa sarapan di pagi hari.
Sudah saatnya berangkat kerja. Melalui jalanan yang macet di beberapa titik. Kemacetan memang seringkali tidak bisa ditolerir. Termasuk pagi ini. Ditambah pula dengan panas yang menyengat tangan yang tidak memakai sarung tangan. Akibat semalam pulang kehujanan dan sarung tangan basah tak terselamatkan.
Kurasakan lengkap hariku ini dengan tumpukan kerjaan yang menggunung. Seakan tiada habis kerjaan itu menghampiri dan menghampiri lagi. Belum lagi proses pulang kerja yang tidak kalah melelahkannya dibanding keberangkatan pagi ini ke kantor.
Ya Allah, jauhkanlah aku dari sifat-sifat orang yang tidak tau bagaimana bersyukur kepadaMu. Aku sadari, hidup yang selama ini sering aku resahkan, bisa jadi adalah kehidupan yang diharapkan oleh orang lain. HambaMu yang berada di belahan bumi lainnya.
Ya Allah, jadikanlah aku hambaMu yang mampu mensyukuri setiap nikmatMu. Sesungguhnya setiap harinya kurasakan nikmat yang tiada tara nya dalam kehidupanku. Kau hidupkan aku setiap paginya dengan kesempurnaan tubuh dan kesehatan yang hanya mampu diciptakan olehMu. Menitipkan aku pada malaikatMu yang kupanggil dengan sebutan keluarga. Menghadiahi aku dengan sahabat baik yang selalu mendukungku. Penghormatan baik di masyarakat dan pekerjaan yang baik pula. Sesungguhnya tiada lagi daya dan upayaku dalam mengingkari semua nikmat yang Kau berikan.
Ya Allah, sesungguhnya cerita hari ini bukanlah tentang keluh kesahku akan kehidupanku. Tapi tentang bagaimana aku mampu mensyukuri apapun yang aku dapatkan, dan berjuang untuk melakukan yang terbaik dalam mensyukuri semua nikmatMu.
Thanks Allah, thanks for everything I have.
Monday, April 06, 2015
Sebuah Kisah Perjalanan
Tema perjalanan nya adalah menelusuri kejayaan Melayu jaman dahulu.
Tujuannya sudah barang tentu adalah Malaka, Melaka, atau Malacca.
3 nama itulah yang biasa dipakai. Dan dalam tulisan ini, Saya akan memakai kata Malaka. Karena lebih terbiasa menggunakan kata tersebut ;)
Perjalanan di mulai pada pagi hari di awal sebuah weekend.
Yups, harus pagi hari karena rumah kami terletak jauh dari bandara. Butuh minimal 2 jam perjalanan untuk sampai ke bandara Soekarno Hatta di Cengkareng.
Perjalanan berlanjut dengan penerbangan selama kurang lebih 2 jam ke Kuala Lumpur.
Dari Kuala Lumpur, perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat dengan bus.
Sampai di Malaka, perjalanan belum selesai. Kami masih harus melanjutkan perjalanan dengan bis kota yang mengantarkan kami ke hotel.
Hotel kami terletak tidak jauh dari pusat wisata.
Perjalanannya sendiri pun sebenarnya tidak lama.
Namun karena saat itu adalah malam minggu, dimana daerah tersebut jadi begitu amat sangat ramai, maka kemacetan tidak dapat terelakkan lagi. Jadilah kami harus berlama-lama menunggu bis tersebut di terminal. Termasuk berlama-lama menghadapi macetnya jalan malam itu. hufftt...
Kami tidak tau lokasi pasti hotel yang dimaksud walau dalam lampiran bukti pemesanan hotel, dilampirkan denah lokasi.
Adalah seorang kakek tua yang sejak dalam bis memberitahu bahwa dia tau lokasi hotel tersebut.
Singkat cerita, sang kakek yang mengaku bernama Datuk Idrus mengajak kami turun di satu titik yang sebenarnya jauh dari lokasi hotel kami berada.
Beberapa kali beliau pun bertanya kepada pemilik hotel dan pemilik toko perihal hotel yang dimaksud.
Arghhh.. sebenarnya nih kakek tau ga sih??
Saya menggerutu dalam hati.
Namun melihat keceriaan Datuk Idrus dalam mengantar kami dan ceritanya tentang lokasi wisata dan kejayaan Melayu pada jaman dahulu kala, akhirnya saya berdamai dengan kaki yang mulai letih berjalan mencari lokasi hotel.
Anggap saja, kami sedang melakukan walking tour gratis.
Walaupun perempuan, saya bukan termasuk dari golongan mereka yang tidak bisa membaca peta dan arah.
Hahaha... pisss ya sist ^_^v
Ketika pada akhirnya kami melalui jalan yang ada di dalam peta lokasi hotel yang terdapat di dalam lampiran booking hotel, kali ini Saya lah yang menjadi pemimpin rombongan.
Yeayyy dan akhirnya kami menemukan lokasi hotel yang dimaksud.
Sekilas info, lokasi hotel berhadapan dengan pantai yang cantik. Hotelnya bertarif murah dengan kamar yang lega dan fasilitas yang baik. Staf hotelnya pun sangat ramah dan membantu.
Kembali ke Datuk Idris.
Terlepas dari telah membuat kami berkeliling dengan ransel yang lumayan berat pada malam hari di saat kami telah lelah dalam seharian perjalanan, dia adalah orang baik.
Beliau mau dengan sukarela membantu kami menemukan lokasi yang kami cari.
Alasannya adalah "Saya suka membantu orang, karena Saya berharap orang lain akan membantu Saya ketika Saya membutuhkannya. Saya percaya teori tebar tuai."
That's the point!!
Berbuat baiklah.
Percayalah teori tebar tuai tersebut.
Saya sendiri percaya!
Dan Alhamdulillah, Saya selalu menemukan orang2 baik dalam perjalanan yang Saya lakukan.
Friday, February 13, 2015
There is Allah for Backup Plan
Rencana semalam buat hari ini BCDF
Bangun Tidur liat jendela, ternyata Rencana Tuhan XYZ